HIDUPKATOLIK.com – Perjàlanan manusia “merenangi” sejarah menjadikan hidup amat kaya akan pengalaman, pengetahuan, dan kebijaksanaan hidup. Aneka peristiwa hidup yang dialami kemudian diterima dan diolah sebagai peristiwa iman. Dinamakan pengalaman iman karena Allah bekerja dan hadir menyertai.
Pada akhirnya, ketulusan, keuletan, dan kesetiaan mengolah aneka peristiwa hidup itu menghasilkan
aneka buah yang tidak saja berguna diri sendiri dan keluarga dekat, tetapi juga bagi banyak orang. Begitulah hidup yang mau “dipecah-pecahkan” dan
“dibagi-bagikan” oleh Tuhan untuk menjadi “santapan” bagi banyak orang.
Buku Dengarkanlah Uskupmu (20 Tahun Episkopat Mgr. Agustinus Agus) ini menyibak perjalan hidup
Uskup Agung Pontianak itu, terutama perjalanan 20 tahun episkopat Sang Gembala. Di dalamnya diurai secara lugas dan luwes sosok Mgr. Agus, yang hidupnya “dipecah-pecahkan” dan “dibagi-bagikan” untuk banyak orang di Tanah Borneo.
Kesiapsediaannya untuk tugas di wilayah-wilayah sulit, bakatnya dalam bernyanyi dan memasak, keluwesannya dalam bergaul dengan berbagai
kalangan, cita-citanya membangun Gereja yang mandiri adalah tanda bahwa ia “memeteraikan” hidupnya untuk Tuhan. “Saya mengistilahkan jangan hanya di rumah, harus pergi ke pasar karena di sana ada pedagang, ada pencopet, ada orang yang cari makan dan Gereja harus bisa menangkap fenomena itu dan realita hidup. Meskipun saat pergi ke realita hidup itu tantangannya sangat besar. Bisa saja ketika kita di pasar, kita menjadi sasaran tembak, tapi itu risiko” (hlm. 135).
Pelantun “Mak Odop” itu adalah anak kedua dari delapan bersaudara. Dia dibesarkan dalam lingkungan keluarga Katolik yang masih kental
dengan budaya Dayak. Ayahnya seorang panglima perang, dan ibu seorang perempuan ugahari dari Desa Lintang Pelaman. Latar itu menempa dan
menyiapkan Mgr. Agus, menjadi pribadi yang tegar menghadapi segala bentuk rintangan.
Makna kekinian dari ”panglima” adalah menjadi seorang pemimpin sejati. Pemimpin yang pertama-tama berpikir, berbuat, dan bertindak untuk kepentingan masyarakat. Benih kepemimpinan dalam dirinya telah ada dan mengalir. Tinggal di implementasikan dalam situasi dan kondisi yang tepat.
Hal lain yang fitampilkan dalam buku ini adalah sejarah singkat misi dan perjalanan Gereja di Kalimantan, khususnya Keuskupan Agung Pontianak. Buku ini menampilkan kisah misi para
pendahulu yang telah mencurahkan hidup mereka untuk keuskupan tersebut. Penulis memberikan latar “ruang dan waktu” di mana sang gembala yang ditahbiskan menjadi uskup pada 6 Februari 2000 itu tumbuh dan berkembang dan mencurahkan hidupnya untuk menggarami Tanah
Borneo dengan Injil Kristus (bdk. hlm 11-17).
Bahwasanya seorang pemimpin atau gembala umat dituntut pandai membangun komunikasi di semua level, sedemikian rupa, dengan cara dan gayanya, seiring perubahan dan tuntutan zaman. Bagaimana membawa pesan dari altar ke pasar,
agar diterima oleh semua khalayak tanpa kehilangan makna kekudusan. Keutamaan-keutamaan ini tidak datang dengan sendiri. Akan tetapi, Mgr. Agus mengusahakannya secara terus menerus dalam dan melalui interaksi dengan umat.
Judul : Dengarkanlah Uskupmu (20 Tahun Episkopat Mgr. Agus)
Penulis : R. Masri Sareb Putra, M.A
Penerbit : OBOR, 2020
Tebal : XIV + 211
Rian Safi
HIDUP NO.06 2020, 9 Februari 2020