HIDUPKATOLIK.com – Unpar telah menelorkan ribuan alumni yang mengabdi untuk bangsa melalui pekerjaan, profesi, atau panggilan hidup mereka. Berikut ini harapan dan tantangan dua orang alumninya.
Mgr. Antonius Subianto Bunjamin,
Sekretaris Jenderal KWI, Uskup Bandung,
Pembina Yayasan Unpar: “Dalam beberapa Dies
Natalis terakhir, dengan ungkapan the Great Unpar sebagai komunitas akademik humanum, Unpar hendak membina para sivitas akademika, termasuk SDM-nya dengan bertumpu pada nilai-nilai luhur yang ditanamkan para pendiri yang telah
digali kembali dan dirangkum dalam SINDU (Spiritualitas dan Nilai Dasar Unpar). Semua sudah
ada dalam SINDU. Yang penting adalah bagaimana kita melaksanakan. Cita-cita the Great Unpar harus dicapai melalui perwujudan SINDU. Siapa yang harus memulainya? Mereka yang paling senior dan menduduki posisi tersepuh entah secara akademik, organisatoris ataupun institusional pantasmemulainya; memberi contohnya.
Kekuatan teladan dapat meningkatkan kualitas Unpar dan mewujudkan cita-citanya. Para pendiri Unpar, Mgr. Geisse dan Mgr. Arntz sudah menunjukkan teladan hidup dan karyanya melalui perkataan dan perbuatannya yang menunjukkan belas kasih Allah.
The Great Unpar akan terwuwud kalau SINDU bukan hanya menjadi roh Unpar sebagai slogan indah, tetapi juga menjadi darah dan daging seluruh anggota komunitas Unpar.
Semoga melalui perwujudan SINDU yang konsisten, SDM makin unggul dalam karakter, handal dalam kemampuan, dan loyal dalam tugas yang dibarengi oleh kesejahteraan hidup yang
makin membuat karyawan aman dan nyaman serta damai dan sejahtera.”
Agatha Natania,
Personal Assistant to Dr. Hassan Wirajuda,
Anggota Badan Penasihat Kaum Muda Vatikan:
“Unpar telah membantu saya untuk mengenali potensi dan kemampuan diri saya. Saya menemukan banyak potensi yang tidak saya sadari sebelumnya. Para pengajar memberikan motivasi, pendampingan serta mendorong saya untuk mengambil peluang dan hal baru meskipun
banyak tantangan di depan mata. Saya tumbuh menjadi seseorang yang memiliki semangat juang yang tinggi namun selalu ingat bahwa pembelajaran adalah sebuah proses yang berlangsung seumur hidup. Sehingga saya harus selalu rendah hati dan belajar karena selalu ada hal baru untuk dipelajari. Masyarakat kampus yang sangat beragam dan inklusif membuat saya dapat memaknai keberagaman dan memacu saya untuk
dapat bersinergi dengan mereka. Sebagai lulusan, saya merasa siap untuk melangkah ke dunia kerja dan menghadapi petualangan hidup yang baru.
Saya berharap Unpar akan terus mempersiapkan
dan mengasah kemampuan para pegawai, pengajar, dan mahasiswa/i untuk mengembangkan potensi diri serta pendidikan karakter yang membuat sivitas akademika memiliki kreativitas dan keterampilan untuk berkarya bagi masyarakat.”
Edy Suryatno
HIDUP NO.02 2020, 12 Januari 2020