HIDUPKATOLIK.com – CU dapat menjadi alternatif bagi umat untuk mengembangkan kemampuan ekonomi.
Keberadaan Credit Union (CU) atau koperasi di Paroki St Fransiskus Asisi Palipi, Sumatera Utara sudah dimulai sejak tahun 1980-an. Seiring waktu, beberapa CU yang lahir di paroki ini mengalami banyak pergolakan, ada yang tutup, ada juga yang memisahkan diri dari keterkaitan dengan Gereja Katolik, dan ada juga yang berkembang.
Saat mulai bertugas di Paroki Palipi tahun 2011, Pastor Damianus Gultom OFMCap mengingat benar pesan pendahulunya, Pastor Albert Pandiangan OFMCap. Catatan yang terus diulang seniornya itu adalah keberadaan CU di daerah Palipi. Meski mengaku dinaungi Gereja, namun CU saat itu cenderung money oriented. “Mereka telah kehilangan semangat Katolik dalam menjalankan CU,” ujar Pastor Damianus mengisahkan.
Pastor Damianus melihat, tidak mungkin lagi mempertahankan CU yang saat itu ada. Maka, bersama umat, ia berinisiatif membentuk CU yang baru yang dinamai CU St Fransiskus Asisi. “CU yang lama tidak lagi bisa diharapkan. Harapannya, CU yang baru dapat membantu mengembangkan ekonomi umat,” ujarnya.
Pelan-pelan, CU St Fransiskus Asisi pun berkembang dengan bertambahnya umat dan juga besaran saham. Pastor Damianus menjelaskan, kebanyakan umat yang menjadi anggota CU adalah petani dan pedagang, sebagian lain anggota berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan guru di sekolah. Hal ini bisa dipahami mengingat wilayah Palipi yang terletak di sebelah Barat Danau Toba memiliki lahan persawahan yang cukup luas. “Banyak umat yang berla dang. Mereka menanam padi dan sayuran. Umumnya mereka juga memiliki ternak entah babi atau kerbau,” kata Pastor Damianus.
Dengan demografi semacam ini, CU diharapkan mampu menjadi tumpuan umat dalam mengembangkan kemampuan ekonomi mereka. CU bermanfaat bagi umat yang memerlukan modal untuk pertanian.
Pastor Damianus beranggapan untuk menjadikan CU berkembang dengan baik, diperlukan manajemen keuangan yang baik pula. Untuk itu, ia berinisiatif mendorong CU mengatur keuangannya dengan manajemen yang sederhana namun modern. Dengan pengaturan semacam ini, ia berharap tidak ada lagi kebocoran di dalam CU.
Langkah ini pun berhasil, CU kemudian berkembang menjadi lebih sehat. Bahkan, sistem manajemen keuangan yang dimiliki CU St Fransiskus Asisi juga diadopsi di banyak CU yang ada di paroki-paroki di Keuskupan Agung Medan. “Saya senang karena manajemen keuangan CU yang dikembangkan di Palipi dapat juga dipakai di tempat lain,” ujarnya.
Pastor Damianus kini bisa bersyukur, St Fransiskus Asisi telah menjadi andalan bagi kehidupan ekonomi umat di parokinya. Ia meyakini, sejauh lembaga ini tetap berpegang pada nilai-nilai Katolik, CU akan terus berkembang. Semangat inilah yang akan menjiwai umat sehingga dengan CU ini, umat dapat saling mendukung dalam mengembangkan ekonomi mereka.
Antonius E. Sugiyanto
HIDUP NO.29 2019, 21 Juli 2019