HIDUPKATOLIK.com – Paroki ini tidak hanya memiliki misi merawat iman umat, tetapi juga ingatan akan cita-cita luhur bangsa Indonesia.
Sebuah bingkai persegi panjang ditunjukan oleh Kepala Paroki Santa Maria Pelindung Diangkat ke Surga Katedral Jakarta, Pastor Hani Rudi Hartoko SJ. Di dalam bingkai tersebut terdapat foto hitam putih Katedral Jakarta. Tidak hanya katedral yang terdapat dalam panorama itu, tetapi juga Masjid Istiqlal dan Monumen Nasional (Monas).
Pastor Hani, begitu akrab disapa, menjelaskan, foto itu akan menjadi suvenir bagi setiap tamu penting yang mengunjungi Katedral. “Hadirnya souvenir tersebut tersebut hendak mengungkapkan Katedral Jakarta sebagai sesuatu yang ikonik, historis dan, simbolik,” ujarnya.
Cerminan Toleransi
Katedral Jakarta memang berdiri berdekatan dengan Masjid Istiqlal. Posisi ini merupakan kehendak Presiden Soekarno. Saat mulai membangun Masjid Istiqlal, Sang Proklamator sengaja menempatkannya berdampingan dengan Katedral Jakarta. “Ini adalah tonggak sejarah,” tutur Pastor Hani.
Menurut Pastor Hani, Gereja Katedral merupakan simbol keragaman yang kuat. Hal tersebut terlihat bukan saja karena Istiqlal dan Katedral secara fisik berdekatan, tetapi juga mengandung cita-cita luhur bangsa Indonesia. Kehadiran Gereja memberikan makna mendalam yakni membangun silahturahmi, dialog, hingga terlibat dalam forum kerjasama.
Katedral merupakan cagar wisata religi yang dapat dikunjungi oleh siapapun dari seluruh dunia. Selain itu, paroki ini sering dikunjungi tamu-tamu negara dan delegasi-delegasi luar negeri.
Menjadi daya tarik dan menghimpun banyak orang merupakan sebuah visi khas paroki ini. Paroki yang kental dengan nuansa khas Neo-Gothik ini menjadi ibu yang baik dan oase untuk semua. “Oase untuk semua ya tidak terbatas untuk orang Katolik saja. Pengalaman di dalam konteks Katedral ini turut memberikan rasa tenteram,” ujar pastor yang murah senyum ini.
Oleh karena itu, sangat tepat apabila menjadikan tempat ini sebagai tempat untuk menghayati keberagaman mengingat kunjungan umat baik Katolik maupun lintas agama mengalir setiap waktu. Hal inilah yang menjadi alasan kuat mengapa di dalam gereja diletakkan patung Pieta dan ikon Bunda Maria Bunda Segala Suku. “Ini adalah tempat ziarah bagi semua orang,” terangnya.
Paroki Katedral merupakan saksi keberagaman bagi bangsa Indonesia. Masih di kompleks Katedral Jakarta, terdapat Museum Katedral. Museum ini diresmikan Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo pada Rabu, 11 November 2018. Tujuan museum ingin mengajak pengunjungnya untuk belajar sejarah Gereja di Jakarta. Dengan kata lain, paroki ini sekaligus menjadi museum edukasi.
Museum dua lantai ini tidak hanya menempatkan koleksi artefak saja, tetapi juga membuat narasi indah yang membantu pengunjung mengerti arti dari setiap peristiwa. Guna mendukung suasana digunakanlah berbagai sarana pendukung seperti audiovisual dan mini teater untuk membakar semangat pengunjung.
Willy Matrona
HIDUP NO.16 2019, 21 April 2019