web page hit counter
Sabtu, 23 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Bidaah Zaman Ini

5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Apakah kaum bidaah, seperti Gnostik, Arianisme, Valentianisme, Manikeisme, Pelagianisme dan sebagainya, masih eksis hingga sekarang dalam wujud beberapa sekte?

Claudia, Jakarta

Sejujurnya saya tidak punya data dan informasi meyakinkan akan hal itu, sejauh mana aliran-aliran itu masih ada dalam wujud sekte-sekte. Tidak ada kejelasan. Maka saya tidak berani menjawab pasti.

Akan tetapi, saya lebih melihat masih hidup dan berkembangnya cara berpikir atau cara bertindak yang dipengaruhi atau dekat dengan aliran-aliran tersebut. Paus Yohanes Paulus II dalam Crossing the Threshold of Hope (1994) mengingatkan akan hidupnya lagi gagasan-gagasan gnostik, dalam apa yang disebut dengan New Age. Gereja sendiri, lewat komisi kebudayaan dan dialog antar agama, pada tahun 2003 pernah mengeluarkan refleksi terkait dengan maraknya New Age. Di dalam dokumen tersebut juga disinggung tentang bahaya gnostisme di kalangan umat Kristiani.

Paus Fransiskus dalam Gaudete et Exsultate, juga Evangelii Gaudium, menyebut tentang Gnotisme baru sebagai salah satu kesesatan zaman ini. Fransiskus mengatakan gnotisme menganggap iman sepenuhnya bersifat subjektif, yang hanya tertarik pada suatu pengalaman tertentu atau sekumpulan Gagasan dan rangkaian informasi yang dipandang meneguhkan dan menerangi. Namun semuanya akhirnya memenjara orang pada pikiran atau perasaannya sendiri. Paham ini ditengarainya masih mewabah dewasa ini. Kongregasi Ajaran Iman dalam Placuit Deo (2018), menyebutkan tentang paham keselamatan yang melulu batiniah dan subjektif, yang dipengaruhi gnostisme.

Sedangkan catatan tentang arianisme pernah diberikan oleh Kardinal Joseph Ratzinger (kemudian: Paus Benediktus XVI). Ia menyebutkan, krisis yang dialami Gereja, terutama dalam teologi, sebagai krisis kristologi. Ada kecenderungan untuk merelatifkan pribadi Yesus Kristus, hanya menjadi satu di antara tokoh lain, bukan satu-satunya. Yesus ditempatkan sebagai sekadar tokoh moral atau pembebas politis, sehingga ditanggalkan identitas keilahiannya.

Keunikan dan ketunggalan peran Yesus Kristus dalam keselamatan tidak diakui, sehingga lebih ditempatkan sebagai salah satu dari antara yang lain. Yesus seakan sejajar dengan tokoh agama atau tokoh moral lainnya.

Baik Gaudete et Exsultate maupun Placuit Deo bicara pula tentang pelagianisme. Pelagius (sekitar abad IV) percaya keselamatan bisa dicapai lewat usaha manusia. Menurut cara berpikir ini, keselamatan tergantung hanya pada upaya pribadi dan struktur-struktur manusiawi. Dilupakanlah bahwa segalanya “tidak tergantung pada kehendak manusia atau usaha orang, namun pada kemurahan hati Allah” (Rom 9:16) dan bahwa “Allah telah lebih dahulu mengasihi kita” (lih 1 Yoh 4:19), demikian ditulis dalam Gaudete et Exsultate.

Lebih lanjut dituliskan dalam Gaudete et Exsultate tentang Pelagianisme baru yang melanda dewasa ini, “Beberapa umat Kristiani masih tetapi bersikeras mengambil tapak jalan pembenaran oleh usaha diri sendiri, memuja kehendak manusia serta kemampuan dirinya. Hasilnya adalah keberpusatan diri dan kepuasan diri yang elitis, kehilangan kasih sejati. Hal ini menemukan pewujudannya dalam berbagai cara berpikir dan bertindak yang tampak tidak saling terkait: …. Beberapa umat Kristiani menghabiskan waktu dan daya akan hal-hal tersebut, daripada bersemangat dalam mengkomunikasikan keindahan dan sukacita Injil serta mencari yang hilang di antara kawanan besar yang haus akan Kristus”.

Sedangkan tentang Manikeisme, pandangan dualistik yang sinkretik, serta Valentianisme, yang juga berciri gnostis, tidak disebut dalam berbagai dokumen Gereja, sejauh yang bisa saya telusuri.

Maka, berbagai aliran tersebut bukan terutama eksis dalam sekte-sekte, saya lebih melihat hidup dalam beragam pemikiran maupun cara bertindak yang ada, juga di kalangan umat Katolik. Maka Paus Fransiskus menyinggung beberapa kali, terlebih pengaruh dua aliran pemikiran: Gnostisme dan Pelagianisme, yang dikatakannya sebagai dua kesesatan zaman ini.

T. Krispurwana Cahyadi SJ

HIDUP NO.08 2019, 24 Februari 2019

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles