HIDUPKATOLIK.com – SEJUMLAH aktivis kemanusiaan dan pejuang HAM serta kerukunan mengadakan aksi dan orasi damai “Merawat Kebhinekaan†di Semarang, Jawa Tengah (Jateng). Aksi ini diselenggarakan dalam rangkaian safari untuk peringatan Hari Toleransi Internasional, Jumat, 18/11.
Acara yang di gelar di Bundaran Taman Patung Diponegoro Jl. Pahlawan Semarang ini diikuti oleh komunitas yang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Semarang untuk Keberagaman terdiri dari komunitas: Gusdurian Semarang; LBH Semarang; eLSA Semarang; Ahlul Bait Indonesia – Semarang; Persaudaraan Lintas Agama (PelitA) – Semarang; Komunitas Penggiat Sejarah – Semarang; KP2KKN Jawa Tengah; Komunitas Payung; Paguyuban Pedagang Kaki Lima Semarang; LRC-KJHAM Semarang; Aliansi Mahasiswa Papua – Semarang; PMII Semarang; KSM Walisongo; Lakpesdam NU Jateng; GMNI Semarang; DPC Permahi Semarang; Dewan PPMI Kota Semarang; Persatuan Waria Semarang; dan Komisi Hubungan Antaragama-Keuskupan Agung Semarang (Kom HAK-KAS). Mereka menyelenggarakan aksi secara damai disertai orasi dan pembacaan puisi. Tampak sejumlah aparat kepolisian turut berjaga mengamankan jalannya aksi tersebut dengan ramah. Yunantyo Adi, aktivis kemanusiaan dan penggiat HAM serta Koordinator Paguyuban Masyarakat Semarang (PSM) HAM turut hadir menyertai dan mendukung aksi damai ini.
Aksi diawali dari tempat titik kumpul di depan Kantor Pos Pleburan Semarang kemudian berjalan sambil menyanyikan lagu Garuda Pancasila dengan iringan saksofon. Umi, mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo, Semarang memimpin nyanyian para peserta aksi dengan penuh semangat dengan microphone-nya. Sesampai di Bundaran Air Mancur Jl. Pahlawan Semarang, tanpa harus mengganggu arus lalu lintas yang ada, aksi damai diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia Pusaka dengan tetap diiringi alunan saksofon.
Orasi Damai
Meski panas terik matahari menyengat, tak membuat para aktivis perdamaian dan persaudaraan lintas agama ini menyerah dalam menyampaikan niat dan amanat. Silih berganti mereka menyampaikan orasi damai. Lukas Awi Tristanto, misalnya, mengajak masyarakat untuk terus berjuang melawan setiap diskriminasi. Promotor ekoinspirasi (menjadikan ekologi sebagai inspirasi kehidupan) yang juga Sekretaris Kom HAK-KAS ini juga mengajak semua pihak untuk membangun kerukunan berbasis ekologi.
Masyarakat yang menyaksikan aksi ini dibuat terpana penuh haru saat Ellen Kristi menyampaikan orasi damai mengenang Intan Olivia Marbun, anak balita yang jadi salah satu korban pelemparan bom molotov di Gereja Oikumene Samarinda, Kalimantan Timur beberapa waktu lalu. Sambil menangis penuh cinta seorang ibu, ia menyerukan agar kekerasan dan intoleransi tak lagi terjadi di negeri ini.
[nextpage title=”Aksi dan Orasi Damai “Merawat Kebhinekaan†di Bundaran Taman Patung Diponegoro Semarang”]
Tak ketinggalan, seniman dan budayawan Semarang Widya “Babahe” Leksono turut menyemarakkan aksi damai dengan membacakan puisi yang diambil dari karyanya. Dengan penuh ekspresi, aktivis kesenian dan kebudayaan di Taman Budaya Raden Saleh Semarang ini langsung ndheprok – duduk di jalan aspal yang panas – untuk menyampaikan puisinya dalam bahasa Jawa atau disebut Geguritan. Geguritannya dibaca dalam nada dan diiringi alunan saksofon pula. Cuplikan Pangkur yang ditampilkan pun diharapkan dapat menyentuh hati masyarakat agar tidak terjebak dalam angkara murka, serta dapat meredam hawa nafsu dalam diri sendiri. “Jangan menjadi dungu karena kebohongan dan harus berwatak baik dan rendah hati,†teriak Widya “Babahe” Leksono sambil diiringi alunan saksofon seirama dengan nada-nada yang diteriakkannya.
Aksi damai ini kemudian ditutup dengan pembacaan deklarasi “Rawat Keberagaman, Tolak Intoleransiâ€. Pembacaan deklarasi dilakukan oleh Subhan Muhammad, Koordinator Gusdurian Semarang. Tujuh pokok seruan deklarasi disampaikan. Pertama, menolak segala bentuk tindakan intoleransi dan diskriminasi atas nama agama, suku, ras, warna kulit, jenis kelamin, pandangan politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Kedua, agar negara berperan aktif dalam rangka menjaga keberagaman. Ketiga, bubarkan Ormas intoleran. Keempat, tutup website dan akun media sosial intoleran. Kelima, lindungi kelompok minoritas. Keenam, tindak tegas semua pelaku tindakan intoleran. Ketujuh, rawat keberagaman dan perdamaian, tolak intoleransi dan kekerasan. Aksi damai hari itu berlangsung tertib tanpa mengganggu kepentingan umum dan arus lalu lintas jalan protokol di depan Kantor Gubernur dan DPRD Jateng.
Romo Aloysius Budi Purnomo