HIDUPKATOLIK.COM – Pw. S. Yohanes Bosko, Im. Ibr. 10:19-25; Mzm. 24:1-2,3-4ab,5-6: Mrk.4:21-25
PELITA menghasilkan terang. Oleh karena itu, sebuah pelita sudah pasti tidak dimaksudkan untuk “ditempatkan di bawah tempayan atau di bawah tempat tidur.” Sebuah pelita mesti ditempatkan di tempat terbuka sehingga terangnya memancar dan mengalahkan kegelapan.
Dalam terang, kita berbuat apa saja. Bahkan boleh dikatakan bahwa hanya dalam terang hidup dimungkinkan. Tanpa terang, mustahil ada kehidupan. Tidak mengherankan bahwa yang pertama diciptakan Allah dalam kisah penciptaan adalah terang (Kej 1:3).
Kata-kata Yesus kali ini rasanya merupakan bentuk lain dari pernyataan lain yang juga pernah disampaikan oleh Yesus. “Kamu adalah terang dunia” (bdk. Mat 5:14-16). Mohon diperhatikan bahwa di sini digunakan kata “adalah” dan bukan “jadilah”. Artinya, orang Kristen itu dengan sendirinya adalah terang dunia.
Maka persoalannya bukan bagaimana menjadi terang, tetapi bagaimana terang itu mau difungsikan. Bukan menyalakan pelita, tetapi bagaimana kita mesti meletakkan pelita.
Lalu?
Menjadi terang berarti memberi kehidupan atau menuntun kepada kehidupan. Perbuatan baik yang kita buat secara langsung membantu orang lain tetapi juga sekaligus menjadi contoh bagi orang lain. Bagaimana konkretnya dalam hidup kita?
Pastor Dr. V. Indra Sanjaya
Dosen Kitab Suci Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
HIDUP NO.4 2019, 27 Januari 2019