HIDUPKATOLIK.COM – Pw. S. Tomas Aquino, ImPujG. Ibr. 9: 15,24-28; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Mrk. 3:22-30
KISAH dibuka dengan sebuah pernyataan dari para ahli Taurat yang mengatakan bahwa Yesus mengusir setan dengan kuasa pemimpin setan. Mungkin yang disebut dengan “pemimpin setan” adalah Beelzebul yang sebenarnya adalah nama salah satu dewa Kanaan Kuno. Yesus dituduh mengusir setan (bdk. Mrk 3:11) dengan menggunakan kuasa setan.
Pada zaman itu, tampaknya bukan merupakan sesuatu yang aneh kalau ada orang yang bisa mengusir setan. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana atau apa yang dipakai untuk mengusir setan itu. Hal inilah yang tampaknya mau dimanfaatkan oleh musuh-musuh Yesus untuk menghancurkan Yesus.
Dengan mengatakan bahwa Yesus mengusir setan atas kuasa pemimpin setan, para ahli Taurat melancarkan sebuah kampanye hitam atau fitnah yang sangat berbahaya. Kalau fitnah ini diterima, maka tidak ada lagi orang yang mau mengikuti Yesus.
Orang banyak tidak mau lagi mengikuti Yesus karena Yesus dianggap bersekutu dengan setan. Mukjizat yang dibuat Yesus tidak akan lagi bisa dimanfaatkan untuk menarik pengikut.
Justru sebaliknya, semakin banyak Yesus membuat mukjizat, orang akan berpikir bahwa yang dikatakan oleh para ahli Taurat yang mau membunuhnya memang benar adanya. Yesus memang bersekutu dengan setan. Lalu?
Kalau orang sudah tidak senang kepada seseorang, maka segala sesuatu yang dibuat oleh orang tersebut akan dipandang secara amat negatif. Orang akan kehilangan objektivitas, dan tidak mampu memandang secara jernih.
Apakah cara pandang kita juga ditentukan oleh perasaan kita?
Pastor Dr. V. Indra Sanjaya
Dosen Kitab Suci Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma Yogyakarta