HIDUPKATOLIK.COM – Hari kedua Pekan Doa Sedunia; Ibr. 4:12-16; Mzm.19:8-9,10,15; Mrk. 2:13-17
YESUS selalu memanggil para murid pertama-Nya saat mereka bekerja. Simon dan Andreas: saat menebarkan jala di danau (lih. Mrk. 1:16-18); Yakobus dan Yohanes: saat membereskan jala di dalam perahu (lih. Mrk. 1:19-20).
Pada perikop hari ini, Lewi dipanggil saat “duduk (bekerja) di rumah cukai” (ay. 14). Yang juga unik, panggilan untuk mengikuti Yesus itu, terkait dengan corak kerja atau status sosial mereka masing-masing. Simon, Andreas, Yakobus dan Yohanes dipanggil untuk menjadi “penjala manusia” (Mrk.1:17).
Tujuan panggilan Lewi sedikit berbeda. Status sosialnya sebagai pemungut cukai, menciptakan konflik ganda. Dari sisi religiositas, Lewi adalah “orang kotor” karena bergaul dengan “orang asing dan pendosa”.
Dari sisi patriotisme, seorang pemungut cukai adalah pengkhianat bangsa, karena bekerja mengambil pajak orang sebangsanya untuk penjajah asing. Tentu, strategi panggilan Yesus ini menuai kecaman. Alih-alih minta maaf, Yesus justru menunjukkan bahwa arah dan cara pemanggilan para murid-Nya itu memiliki maksud yang jelas.
“Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (ay.17). Melalui policy seperti ini, sekali lagi Yesus mau menunjukkan bahwa secara dasariah Kerajaan Allah itu tidak berasal dari dunia, bahkan sering bertentangan dengan apa yang dimaui dunia.
“Kain yang belum susut tidak akan ditambalkan pada baju tua … anggur yang baru pun tidak diisikan pada kantong kulit yang tua…. Anggur baru hendaknya disimpan dalam kantung yang baru juga” (lih. Mrk. 2:21-22).
Pernyataan Yesus mengenai maksud kehadiran-Nya di dunia ini (ay. 17), merupakan tuntunan kedua bagi Gereja Perdana, dan perlu dikaitkan dengan segala ‘yang baru dari Injil Allah’ (ay.21-22).
Henricus Witdarmono
M.A. Rel. Stud. Katholieke Universiteit te Leuven, Belgia