HIDUPKATOLIK.com – PW St. Basilius Agung dan Gregorius dr Nazianze. 1Yoh. 2:22-28; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4; Yoh. 1:19-28
SECARA terang-terangan, Yohanes Pembaptis mengaku di depan orang-orang Yahudi dari Yerusalem (mereka adalah imam-imam, orang Lewi, dan orang Farisi) yang bertanya tentang identitas dirinya. Yohanes berkata: “Aku bukan Mesias”. Kesaksian ini sungguhlah penting dalam memahami Injil Yohanes.
Sebab Injil ini mempunyai pedoman dasar yaitu memberi kesaksian. Ada sebuah perbedaan yang mencolok antara orang yang bersaksi dengan pribadi yang kepadanya dia memberi kesaksian. Yohanes sangat tahu akan hal itu bahwa dia hanya seorang pemberi kesaksian tentang Mesias.
Tugas Yohanes adalah menunjukkan siapa Mesias kepada orang banyak. Terjadi sebuah dialog yang cukup sengit antara Yohanes pembaptis dengan orang-orang Yahudi ini, di mana mereka mencoba menebak-nebak dan bertanya-tanya seputar kegiatan Yohanes Pembaptis.
Mereka memberikan alternatif lain berupa tokoh terkenal seputar kedatangan Mesias yaitu Nabi Elia, tetapi sekali lagi disangkal oleh Yohanes Pembaptis. Dari sangkalan itu mereka mempertanyakan mengapa Yohanes Pembaptis melakukan tindakan pembaptisan di Sungai Yordan.
Dengan terang-terangan Yohanes menjelaskan tentang perbedaan antara pembaptisan yang dilakukannya dengan pembaptisan yang akan dilakukan oleh Sang Mesias.
Dari Injil ini kita bisa melihat ciri-ciri para murid Kristus yaitu memberi kesaksian akan Kristus, bukan dirinya, bukan kehebatannya, bukan prestasinya, tetapi hanya Yesus yang menjadi ujung dan pangkal serta isi dari kesaksiannya.
Untuk bisa bersaksi, seseorang memerlukan relasi. Untuk bisa berelasi, seseorang perlu saling mengenal. Itulah hidup Kristiani yang sejati, yaitu mengenal Kristus, hidup bersama Kristus, dan memberi kesaksian tentang pengalamannya bersama Kristus.
Pastor Josep Ferry Susanto
Imam Keuskupan Agung Jakarta, Dosen Kitab Suci STF Driyarkara Jakarta
