web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Berdoa dan Berbisnis

5/5 - (2 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Kemandirian adalah perwujudan dari sikap doa dan kerja. Ia harus diraih sebagai perwujudan cinta kasih kepada Allah.

Deretan bunga iris berjejer rapi di halaman Biara Sant Vincent de Chantelle. Warna kuning ceria dari bunga khas Perancis ini menyambut kedatangan para biarawati Benediktin. Tepatnya 160 tahun lalu, pada tanggal 11 Oktober 1893, petualangan para biarawati berjubah coklat ini dimulai. Mata mereka terkagum melihat sebuah gereja roman bergaya arsitektur abad ke-12 yang begitu memukau panca indera.

Dahulu, biara ini merupakan sisa-sisa perubahan sejarah bekas biara Regular Canons. Kini, para biarawati yang tinggal di biara ini terdiri dari sekitar 12 biarawati. Setiap hari para suster melangsungkan pujian, membaca Kitab Suci, dan mengikuti Misa Kudus.

Tidak hanya memuji Allah tujuh kali sehari, mereka juga memuliakan Allah di dalam pekerjaan. Regula Santo Benediktus untuk berkerja dan berdoa benar dihayati. Terbukti, selama lebih dari 60 tahun para biarawati Chantelle telah memproduksi dan menjual berbagai macam bentuk kosmetik di Perancis bahkan Eropa.

Biara Penjual Kosmetik
Komunitas para suster Benediktin telah memproduksi kosmetik sejak tahun 1954. Produksi kosmetik dilaksankan setelah dua suster, seorang ahli kimia dan matematika memulai praktik tersebut. Bahan produksi mereka terdiri dari losion tubuh, sabun mandi cair, sabun mandi batang, dan pelembab. Produk kecantikan tersebut diolah di dalam laboratorium sendiri. Para biarawati mengakui, mereka sekarang harus menyediakan waktu untuk berdoa dan berbisnis.

Biasanya usai berdoa di Biara Chantelle di Allier, Perancis tengah, para suster bersama karyawan akan membahas pesanan. Pada tahun 2017, mereka mendapat pesanan terbaru untuk produk sabun dan kosmetik dari Jerman. Hal ini cukup menyita pikiran mereka. Sr Pascale yang mengenakan scapular di dadanya sambil mengawasi produksi berujar, “Sebuah perusahaan harus berkembang atau mati.”

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Sr Pascale menambahkan, para pengikut Santo Benediktus menjalankan kerja sebagai bentuk penghormatan kepada regula bapak pendiri mereka yang sudah bertahan sejak abad ke-6. Selama bukan pada jam doa wajib, para suster dapat mengerjakan produksi, terhitung mulai dari pembuahan hingga pengemasan.

Semua terlibat dalam “bisnis biara” ini, bahkan seorang suster berusia 97 tahun, Suster Marie-Suzzane pun tak mau ketinggalan dan masih terlibat dalam pekerjaan itu. Sr Pascale menjelaskan, biara pun mempekerjakan sekitar sepuluh karyawan awam untuk membantu produksi. Ia menegaskan, tujuan usaha ini bukan mencari uang semata. “Kami bahkan tidak berencana untuk mendaftarkan usaha ini ke pasar saham. Kami melakukan ini untuk mencari nafkah dengan margin keuntungan wajar bagi kebutuhan biara,” akunya.

Dari hasil produksi kosmetik, terutama produk dengan bahan alami, biara dapat menghasilkan satu juta Euro atau setara dengan Rp.17,4 milyar pada sepanjang tahun 2016. Para suster memasarkan produk mereka melalui, butik, dan internet selain menjualnya kepada setiap peziarah yang datang ke biara.

Ada semacam kekhawatiran terbersit di kalangan umat jika pasar berkembang, maka akan membentuk pola pikir bisnis mencari keuntungan semata di kalangan religius. Dengan begitu, mereka harus terus merekonsiliasi spiritualitas mereka di tengah tawaran keuntungan yang menggiurkan. Sr Pascale mengakui, tantangan ini bisa menimbulkan masalah. Oleh karenanya ia selalu menekankan bahwa prioritas utama adalah mencari Tuhan.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Belajar dari biara Trappis
Panduan hidup monastik yang ditulis oleh St Benediktus menyebutkan bahwa semua biara harus menjadi komunitas yang mandiri melalui kerja manual. Hal ini pula yang diikuti oleh para biarawan Biara Trappis di Moncks Corner S.C, Amerika Serikat. Biara mereka dikenal dengan nama Biara Mepkin. Seperti biara di seluruh dunia, Biara Mepkin menjalankan bisnis bermarjin rendah tapi sangat kompetitif seperti keju, kue, buah, dan telur. Biara Mepkin memiliki beberapa ribu hektar hutan, padang rumput, dan kebun.

Hingga saat ini, biara ini menjalankan bisnis peternakan ayam petelur dengan volume 40.000 ekor ayam. Baru-baru ini, mereka juga melirik bisnis jamur tiram. Kotoran ayam tidak dibuang begitu saja, melainkan masih diolah menjadi kompos. Komoditi bisnisnya pun sukses mendulang keuntungan.

August Turak, penulis buku Bussiness Secret of The Trappist menulis, bisnis para Rahib Trappist sukses karena mereka punya target yang jelas. Bak pemanah, mereka membidik bisnis hanya untuk melayani Tuhan dan satu sama lain. Mereka tidak digerakan oleh laba yang memiliki kepentingan sampingan dalam pelayanan, tetapi untuk membangun hubungan dengan masyarakat. Mereka juga memiliki semangat beramal (caritas) yang berarti hidup dari hati. Hal inilah yang menjadi kekuatan pendorong di balik semua yang mereka lakukan.

Keberhasilan bisnis biara didasarkan pada gagasan radikal bahwa tujuan dari individu adalah untuk melayani masyarakat, bukan sebaliknya. Suatu hari seorang pastor paroki, Pastor Guerric datang ke biara dan mempresentasikan ide kepada abbas untuk membuat cuka kelas atas agar bisa dijual. Abbas Fransiskus mendengar ide itu hanya mengatakan, bahwa ide itu bagus namun tidak dibutuhkan. Pastor Guerric menyadari, bahwa ia datang ke biara untuk melayani Tuhan dan sesama bukan untuk menjadi petani. Oleh karena itu, memberi diri tanpa pamrih adalah penting.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Kualitas hasil produksi menjadi prioritas berikutnya. Komitmen Biara Mepkin terhadap kualitas merupakan hasil dari hidup doa. Para rahib melihat setiap tindakan sebagai persembahan kepada Tuhan. Pedoman ini menjadi motivasi biarawan untuk mendorong bisnis monastik mereka sebagai yang terbaik.

Para biarawan juga tidak pernah menjual barangnya lebih tinggi dari harga pasar tetapi secara adil menawarkan harga kepada distributor. Dengan berpegang pada proses ini keberhasilan Biara Mepkin dapat dilihat sebagai berasal dari iman. Iman yang bukan hanya percaya tetapi setia.

Para rahib setia mengikuti tradisi yang sudah bertahan selama 1500 tahun walaupun dunia modern menawarkan cara lain. Mereka memegang teguh perkataan Sang Guru untuk mencari dahulu Kerajaan Allah, maka segala sesuatu akan ditambahkan bagimu. Dengan kata lain, bisnis mereka dijalankan bukan untuk mementingkan diri sendiri. Jika mau berkorban, maka Tuhan akan mencukupkan.

Terakhir menjaga dan memberi kepercayaan. Melalui iman yang memberikan keberanian untuk menawarkan kepercayaan lebih dulu dan percaya kepercayaan itu akan dibalas. Mepkin tidak pernah mengunci biaranya, mereka percaya pelanggan mereka datang dengan hati tulus dan jujur.

Felicia Permata Hanggu

HIDUP NO.43 2018, 28 Oktober 2018

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles