web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Tamu Tuhan di Rumah “Pela Gandong”

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Maluku dipercayakan menjadi tuan rumah bagi tamu-tamu Tuhan dalam ajang Pesparani. Pesan persatuan dalam budaya pela gandong mengikat erat se tiap peserta.

Pesparani mengandung nilai strategis bagi kehidupan masyarakat Katolik khususnya serta bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Pesparani yang diselenggarakan mulai dari tingkat daerah sampai nasional, merupakan ajang penegasan tentang keberadaan Gereja Katolik. Tahun 2018, Pesparani menjadi ajang merajut kebersamaan lintas iman.

Zeth Sahuburua, Ketua Umum Panitia Pelaksana Pesparani
Ale Rasa, Beta Rasa

“Terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah memperlancar Maluku sebagai tuan rumah Pesparani. Pesparani ini jangan sampai hanya sebatas seremonial belaka tetapi sarana mengaktualisasikan nilai religius dalam pujian serta memperkokoh kesatuan bangsa. Kita berharap dengan Pesparani ini Maluku bukan lagi menjadi daerah konflik tetapi merupakan laboratorium kerukunan umat beragama. Persaudaraan sudah menjadi ikon orang Maluku. Budaya pela gandong, larvul Ngabal, kalwedo kidabela, dan sebagainya telah mendarah daging di hati semua orang Ambon. Setidaknya ungkapan “ale rasa beta rasa, potong di kuku rasa di daging” bisa menyatukan semua peserta.”

Edwin Adrian Huawae, Ketua DPRD Maluku
Jangan Buat Malu

“Ambon sangat optimis untuk menyabet juara umum. Sebagai tuan rumah Ambon memiliki kemampuan dan kualitas suara yang cukup sehingga tidak perlu diragukan lagi. Oleh karenanya dukungan dan doa seluruh masyarakat sangat diperlukan. Sebagai wakil rakyat kami sangat optimis bahwa pelaksanaan Pesparani nanti baik anggaran dan semua persiapan akan terlaksana dengan baik. Wakil rakyat pun menunjukkan antusiasme yang sangat tinggi. Bila pemerintah pusat tidak memberikan dana, kami akan berjuang untuk dana akan dicairkan. Jangan sampai buat malu tuan rumah.”

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Hasbullah Toisutta, Rektor Universitas Agama Islam Negeri Ambon
Dukungan Civitas

“Pesparani bukan kesempatan mengenalkan Kekatolikan semata tetapi bangun relasi antar umat beragama. Buktinya adalah keterlibatan semua orang dengan berbeda keyakinan bahkan keterlibatan civitas akademika Muslim turut mendukung. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon, merupakan salah satu lembaga pendidikan tinggi Muslim yang turut ambil bagian sebagai pendukung acara dalam event paduan suara yang melibatkan mahasiswa se-Indoensia itu. Bahkan, seluruh civitas akademikan IAIN Ambon, menyatakan dukungan penuhnya kepada penyelenggara, khususnya dukungan kepada Kota Ambon sebagai tuan rumah penyelenggara event dimaksud. Kami mempersiapkan mahasiswa-mahasiswi untuk mendampingi para peserta Pesparani di Kota Ambon ini. Selain itu, dari segi sarana prasarana juga IAIN akan membantu dengan penyediaan kampus jika diperlukan.”

Abdullah Latuapo, Ketua MUI Maluku, Ambon
Sudah “Manis”

Pesparani adalah ajang yang tujuannya untuk mempererat hubungan tali persaudaraan, sekaligus menjalin silahturahmi seluruh umat di Provinsi Maluku khususnya dan umat Katolik Indonesia pada umumnya. Pesparani tahun ini tidak saja menjadi gawai orang Katolik tetapi seluruh lapisan masyarakat. Umat Muslim di Maluku sangat mendukung dan mengapresiasi kegiatan Pesparani ini. Kami sebagai warga Maluku harus mampu memberikan dukungan secara maksimal. Kami siap terbuka dan menyukseskan acara ini. Harapannya setelah para peserta kembali dari Maluku mereka melihat bahwa Maluku bukan “menakutkan” lagi tetapi di sini ada kasih, damai, saling pengertian antar umat beragama yang berbeda suku, agama, dan bahasa. Sudah saatnya kita menjadi tuan dan nyonya yang baik bagi tamu-tamu kita. Silakan datang dan mengamati dan mengenal Ambon Manise.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Wilhelmus Jauwerissa, Ketua Walubi Maluku
Kearifan Lokal

“Agama tak bisa dipisahkan dari kehidupan berbangsa dan bernegara karena dalam agama pengembangan nilai-nilai seni dan budaya lokal juga turut mendukung kehidupan beriman. Beragama menjadi potensi dan energi yang kuat pembentukan kehidupan harmonis. Dalam situasi ini, Pesparani adalah salah satu dari sekian kegiatan yang bisa menyatukan perbedaan. Dalam Pesparani ada harapan bahwa nilai-nilai kasih, pengertian, adanya dukungan, saling berbagi, kerjasama, dan komunikasi dapat terjalin dengan baik. Tujuan utama agar meminimalisir konflik, ketegangan dan kekecewaan orang basudara, dengan prinsip katong samua basudara menjadi pengikat Pesparani nanti. Umat Budha Maluku sangat mendukung kegiatan ini karena ada harapan kearifan lokal dapat lahir dari perjumpaan ini.”

Pastor Amandus Oratmangun, Wakil Uskup Kota Ambon
Tamu Tuhan

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Kegiatan Pesparani nasional di Ambon sesungguhnya menjadi wadah perjumpaan umat beriman dalam memupuk persaudaraan sejati secara internas. Umat dimotivasi untuk semakin terlibat dan mempersiapkan hati, rumah, gereja untuk menyambut para tamu Tuhan dalam ajang mengasah pengetahuan iman, mengolah vokal untuk memuji dan memuliakan Tuhan. Secara eksternal bersama umat beragama lain, Pesparani nasional ini juga memupuk persaudaraan sejati antar umat beragama di Kota Ambon. Umat Muslim, Kristen Protestan, Hindu, dan Buddha juga menyatakan dukungannya dalam menyukseskan ajang ini.

Pdt A.J.S. Werinussa, Ketua MPH Sinode GPM
Bahasa Universal

Pesparani adalah ajang di mana bahasa universal yaitu kasih terjadi. Orang Maluku pantas berbangga karena menjadi tuan rumah Pesparani tahun ini. Tentu bukan Pesparani tidak semata pesta orang Katolik tetapi pesta segenap lapisan masyarakat baik agama di Maluku. Gereja Protestan Maluku sangat antusias mendukung perayaan ini. Kami membuka hati kepada para pesarta dari berbagai daerah dengan dukungan baik moril maupun sarana prasarana demi suksesnya acara ini. Tidak salah bila harus dikatakan dengan Pesparani Maluku semakin menyadari pentingnya hidup bersama dengan orang berbeda suku, agama, dan bahasa. Kami berterima kasih atas perayaan ini. Kami merasa ini adalah perayaan orang Protestan juga.

Yusti H. Wuarmanuk

HIDUP NO.41 2018, 14 Oktober 2018

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles