HIDUPKATOLIK.com – Yayasan Vinea Dei merupakan kebun anggur Tuhan. Setiap orang dipanggil Allah untuk bertumbuh subur dan berbuah bagi sesama.
Gereja di pelosok masih banyak yang membutuhkan perhatian. Ada banyak gereja yang rusak, demikian kesaksian salah satu pengurus Yayasan Vinea Dei, Elbert Anson. Dia iba menyaksikan kondisi gereja di pedalaman. “Ada gereja yang atapnya bocor, dinding-dindingnya hilang, dan mau ambruk,” beber Elbert.
Kendati kondisi fisik gereja amat memprihatinkan, umat di sana, puji Elbert, rajin ke gereja. Bahkan banyak umat rela berjalan kaki hingga berkilo-kilo untuk bersyukur kepada Tuhan dan berkumpul dengan sesamanya di bangunan yang sebenarnya jauh dari kata layak.
Situasi seperti itu justru memantik semangat Santi Atma Theresa, relawan Vinea Dei, berkarya di sana. “Saya tertarik untuk memperbaiki gereja-greja tersebut. Perjumpaan dengan umat di sana menambah pengalaman iman yang tidak pernah saya dapatkan di Jakarta. Mereka adalah umat yang sangat mampu bertahan dengan keadaan yang ada.”
Berawal Medsos
Albertus Gregori Tan, pembina yayasan, mengungkapkan, semula tak terpikirkan kelompok tersebut berkembang menjadi yayasan. Albert, sejak mahasiswa gemar berkunjung ke pedalaman untuk mengisi liburan. Saat itulah dia menyaksikan sejumlah bangunan gereja rusak dan tak terawat secara baik.
Sebagai anak yang lahir dan tumbuh di kota besar seperti Jakarta, dia mengakui, amat jarang melihat kondisi gereja yang tak laik. Pengalaman di pelosok itulah yang kemudian membelalakan mata serta mendorongnya untuk berbuat sesuatu bagi gereja dan umat di sana. “Kembali ke Jakarta saya mengunggah foto (gereja di pelosok) di media sosial. Menariknya banyak umat yang suka dan tertarik untuk menyumbang,” kenang Albert.
Salah satu pengalamannya ketika datang ke Kapela St Klara, Stasi Rawa Kolang, Tapanuli Tengah, Keuskupan Sibolga. Pemuda kelahiran Jakarta, 18 April 1990, terenyuh melihat kondisi rumah Tuhan terlantar. Kapel itu berlantaikan tanah, dinding dari papan, dan atapnya bocor. Uniknya, aku Albert, umat masih bersukacita memasuki kapela yang reot. Kegembiraan itulah yang mengetuk hati Albert untuk berbuat sesuatu untuk umat di sana.
Pengalaman itu mendorongnya untuk memulai gerakan Program Peduli Gereja Katolik pada 14 Februari 2011. Fokus gerakan itu yakni membantu pembangunan fisik Gereja Katolik di wilayah terpencil di Indonesia. Bantuan itu dihimpun melalui media sosial. “Penggalangan dana dimulai melalui Facebook semakin berkembang dan meluas selama enam tahun berkarya.”
Setelah enam tahun berkarya, Yayasan Vinea Dei lahir. Yayasan ini sebagai bentuk legal Program Peduli Gereja Katolik. “Yayasan ini berdiri pada 15 Agustus 2017. Penggeraknya adalah orang-orang muda yang memiliki optimisme terhadap Gereja,” terang Albert.
Albert menambahkan, orang muda di yayasan ini mengutamakan pemberian diri dan melihat kemajuan teknologi sebagai sarana Tuhan menunjukkan belas kasih-Nya kepada semua orang. Selain itu, tambahnya, yayasan tersebut bertujuan menjadi sarana penggalangan dana untuk gereja dan lembaga karitatif lain, serta wadah pengembangan pelayanan orang muda.
Rumah Roboh
Albert menjabarkan, spiritualitas Vinea Dei adalah teladan hidup St Fransiskus Asisi, yang membangu Gereja San Dominggo. Di gereja kecil yang roboh itulah panggilan Fransiskus tumbuh. “Dia (Fransiskus) bersujud sepenuh hati di depan lukisan salib Kristus. Dalam keheningan, Fransiskus melihat dan mendengar gambar salib Kristus memanggil dan berkata, ‘Fransiskus perbaikilah rumah-Ku’,” terangnya.
Mengacu kepada semangat Fransiskus, lanjut Albert, Yayasan Vinea Dei memiliki lima nilai penting yakni solidaritas, sukacita, penyelenggaraan Ilahi, komunitas, dan kerendahan hati. “Nilai-nilai ini selalu dibawa dalam karya pelayanan di manapun dan berjumpa dengan siapapun,” terangnya.
Ketua Pengawas, Pastor Raymundus Daniel Sianipar OFMCap, menjelaskan, panggilan Tuhan atas kaum muda membentuk Gerakan Peduli Gereja Katolik patut disyukuri. Mereka telah membangun gereja di mana-mana. “Mungkin hal itu belum pernah terpikirkan sebelumnya. Saya juga kagum melihat kaum muda yang ceria, gembira, dan sederhana ini.”
Dia menambahkan, kehadiran yayasan tersebut menjadi tanda baik karena mengikuti panggilan Tuhan. Roda yayasan ini bisa terus berputar berkat kemurahan hati para donatur. Sehingga pembangunan gereja baik secara fisik maupun sebagai umat Allah terus berlanjut hingga kini. “Yayasan Vinea Dei merupakan kebun anggur Tuhan, sebagai panggilan bagi umat pilihan Allah untuk tetap bertumbuh subur dan berbuah,” ujarnya.
Membangun Gereja
Hingga saat ini, menurut Elbert, Vinea Dei telah menyalurkan bantuan donatur untuk 92 gereja di pelosok. Jumlah itu tersebar di 25 keuskupan di Indonesia. Selain membantu pembangunan fisik gereja, tambah Sekretaris Vinea Dei, Febriani Kenedy, yayasannya juga membantu pendidikan anak-anak di daerah terpencil. “Kami memiliki program baru yakni bantuan pendidikan. (Program ini) akan dilaksanakan pada ajaran baru nanti.”
Jumlah bantuan pendidikan untuk anak-anak menyesuaikan dengan tingkat kesulitan penerima bantuan. Vinea Dei, lanjut Febriani, akan mengakomodir tempat tinggal, biaya pendidikan, biaya hidup, seragam dan perlengkapan sekolah anak.
Willy Matrona
Selamat Sg, Bgaimana cara mengirimkan proposalnya…
mat malam mohon bantuan untuk pembangunan gereja stasi Lewotobi paroki lewolaga keuskupan Larantuka
Salve mohon bantuan untuk pembangunan paroki kami,saat ini kami sangat kekurangan dana,saya dari keuskupan Agung Kupang Paroki Sta.Theresia Kanak-Kanak Yesus Panite. Tetimakasih.TYM selalu
syalom selamat pagi,perkenalkan kami dari Papua Selatan, Kab. Mappi Paroki St. Antonius Padua Bade-Stasi Petrus Nimbe Kobeta. Kami sudah berusaha merenovasi Gereja Kami, namun hingga saat ini baru 40 %, mohon ijin apabila di restu bisa berbagi info tentang penggalangan dana guna kelanjutan niat kami…………….akhirnya Makasi!
SALOM …SAYA SALAH SATU SEKSI USAHA DANA DARI PANITIA PEMBANGUNAN GEREJA ST.SANTU PAULUS MELUWITING – PAROKI HOELEA – KEUSKUPAN LARANTUKA …
– Pertama gereja kami sudah berumur 96 mau jalani 97 tahun gereja kami didirikan dan mau memasuki satu abad pada 2027 nanti ….
– Kedua kami saat ini sdg melakukan renovasi atau membangun kembali dgn memperluas ruangan karena umat semakin bertambah sehingga dibutuhkan biaya besar untuk merenovasi nya dan saat ini kami SD memulai merenovasi sejak 5 tahun yg lalu namun sampai dgn sekarg baru 25% fisiknya dan masih membutuhkan banyak biaya…..
– Ketiga kami sangat mengharapkan uluran tangan dari kita semua agar pembangunan gereja kita bisa segara diselesaikan sebelum usianya memasuki satu abad nanti saudara/saudari ku semua ….
Dengan demikian saya atas nama pribadi dan panitia pembangunan sebelum nya menyampaikan banyak terimakasih kepada mu semua semoga Tuhan Yesus dapat menggerakkan hati kita untuk berbagi dan kepada kita la Tuhan juga akan memberikan rezeki kepada kita semua dgn caranya….Amen
Selamat malam yayasan vinea dei panggil saja saya bapak dedi.saya seorang pengurus stasi,sebelumnya juga saya seorang penggalang dana yg membangun kapela dan rumah pastor,saat itu THN 1994 saya masih bekerja di batam.dan puji tuhan pembangunan kapela kami sampai selesai.dalam perjalanan waktu ditahun 2022 ada bencana angin saat itu semua rumah rakyat,sekolah,dan lebih parahnya kapela tempat kami ibadah ratah dan sekarang tinggal tiang -tiangnya. Sekarang saya sudah menetap di kampung dan tidak bisa berbuat apa-apa, muda-mudahan dgn jalan tuhan dan lewat metsos dan juga melalui yayasan vinea dei ini bisa tergeraklah hati untuk membangun kembali rumah tuhan.semoga lembaga yg di bangun oleh Albertus gregori Tan ini juga kebetulan namanya sama dengan nama bos/majikan saya di batam yaitu Joni Tan,anaknya Eko Tan sangat akrab sekali dengan saya seperti keluarganya sendiri.
Selamat Siang Yayasan Dei. Mohon Bantuan Pembangunan Gereja di Stasi St. Petrus Lewokeleng, Paroki Tanah Boleng, Keuskupan Larantuka
Salve,Salam manis Untuk Yayasan Vinea Dei, Tuhan Yesus Memberkati Selalu Amin ❤️