web page hit counter
Sabtu, 23 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Kami Tidak Takut

Rate this post

HIDUPKATOLIK.com – Ledakan meninggalkan duka mendalam. Memulihkan diri dengan teguh terhadap ajaran iman untuk mengampuni.

Dua anak muda berboncengan dengan sepeda motor tergesa-gesa menerabas masuk ke halaman Gereja St Maria Tak Bercela Ngagel, Surabaya, Jawa Timur. Gerak-gerik mereka menarik perhatian. Setidaknya kecurigaan ini dilihat oleh petugas keamanan yang sedang berjaga di Minggu pagi itu.

Aloysius Bayu Rendra Wardhana, yang kala itu piket, langsung menghampiri mereka. Ia ingin menghentikan dua pemuda itu karena memaksa masuk menggunakan kendaraan bermotor. Nalurinya sebagai penjaga keamanan seketika bekerja, saat dilihatnya ada oknum yang tidak taat aturan.

Tak dinyana, itulah tugas terakhir Bayu sebagai petugas keamanan di Paroki Ngagel. Kedua pemuda yang masuk ke kompleks Gereja Ngagel itu ternyata membawa serta bom, yang lalu mereka ledakan seketika mereka masuk ke kompleks gereja. Peristiwa itu sontak mengakhiri kisah Bayu. Aksinya menyetop kedua pengendara motor itu, akhirnya merenggut nyawanya.

Menarik Perhatian
Kebiasaan di Gereja Ngagel, setiap umat yang ingin masuk ke gereja pada hari Minggu dengan membawa kendaraan roda dua, harus mematikan mesinnya di pagar, kemudian menuntun sepeda motornya. Pastor A. Kurdo Irianto menduga tindakan kedua pemuda itu akhirnya menjadikan Bayu curiga. “Mereka dihentikan karena dua pengendara sepeda motor masuk begitu saja. Biasanya dimatikan kemudian dituntun,” jelas Kepala Paroki Ngagel ini. Sedangkan mereka memaksa masuk ke halaman dengan suara bising, sehingga petugas keamanan gereja menghampiri dengan maksud menegur dan menghalau. Usaha Bayu menghalau kedua pemuda itu sepertinya membuat mereka panik. Keduanya seketika meledakkan bom yang mereka bawa. Bisa saja, pelaku sebenarnya bermaksud meledakan bom di dalam gereja.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Pengorbanan yang dilakukan Bayu akhirnya menyelamatkan ratusan nyawa atau bahkan ribuan yang sudah berada di dalam gereja menunggu Misa dimulai. Umat yang tengah hadir di gereja pun kaget. Semua berhamburan karena panik.

Selain Bayu, ledakan bom di Gereja Ngagel merenggut lima korban lain. Mereka adalah Vincentius Evan Hudoyo (11 tahun), Nathan Ethan Hudoyo (8 tahun), Ciska, Liem, dan Mayawati. Ledakan keras itu juga menyebabkan kondisi di sekitar gereja hancur. Dampak paling parah terjadi di sekitar pos satpam, tempat Bayu biasa bertugas jaga.

Tidak Perlu Takut
Pasca ledakan, aparat memasang garis polisi dan melakukan pengamanan. Warga juga tidak diperbolehkan masuk ke dalam area kejadian. Menurut Pastor Kurdo, kejadian itu memang mengejutkan. Namun, ia tidak takut. Minggu malam setelah kejadian, gereja sudah digunakan kembali untuk Misa. Misa harian pada hari sesudahnyajuga berjalan sesuai jadwal. “Saya tetap Misa, dan semua berjalan seperti biasa. Agak berkurang ya (umatnya-Red), karena seminggu setelahnya penjagaan yang dilakukan dirasa terlalu berlebihan. Sehingga umat yang ingin masuk pun urung. Namun sekarang sudah normal kembali,” tutur Pastor Kurdo.

Prosedur keamanan gereja selain ada petugas keamanan, Kepolisian juga turut membantu. Pastor Kurdo mengatakan, peristiwa ini adalah bentuk pelajaran bagi seluruh habitus Paroki Ngagel. Namun, ia mengakui, peristiwa ini juga menjadi pelajaran untuk semua umat secara luas.

Pastor Kurdo mengingat, di tanggal yang sama saat terjadi ledakan di Gereja Ngagel, adalah peringatan 27 tahun penembakan Paus Yohanes Paulus II di Lapangan st Petrus, Vatikan, 13 Mei 1981. Ia juga mengingat bahwa di tanggal itu terjadi penampakan Bunda Maria di Fatima 101 tahun lalu. “Kami memaknai peristiwa ini sebagai peristiwa iman. Di tanggal yang sama terdapat peristiwa lampau di mana terjadinya penembakan terhadap Paus. Di tanggal yang sama pula terjadi penampakan Bunda Maria. Peristiwa iman ini untuk menumbuhkan Gereja ke depannya,” ungkapnya.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Ketua Bidang Keamanan Paroki Ngagel Ping Teja mengatakan, Misa tetap diadakan pada malam hari setelah kejadian di Gereja Ngagel. Hal ini sesuai dengan petunjuk pastor paroki. Umat pun mendukung diadakan misa pada malam itu. “Walau memang masih untuk kalangan terbatas. Hari Senin pun juga Misa Harian normal seperti biasa,” jelasnya.

Ping mengatakan sesungguhnya untuk keamanan gereja, memang dijaga oleh Satpam dan dibantu relawan dari umat. Relawan ini tergabung dalam tim dan dibagi dalam jadwal piket. Bayu juga merupakan anggota dari tim relawan keamanan paroki.

Menurut Ping, prosedur kemanan gereja sebenarnya sudah cukup baik. Di gereja terpasang CCTV di 16 titik. Terdapat dua pintu masuk, yang satu untuk umat pejalan kaki, dan satu lagi untuk sepeda motor di dekat pos satpam.

Lebih lanjut Ping menjelaskan bahwa selama ini parkir untuk kendaraan beroda empat menggunakan pinggir jalan raya. Hal ini menjadikan halaman di pelataran gereja steril. Bagi pengguna sepeda motor, masuk ke gerbang gereja mesin harus dalam posisi mati. Umat diminta menuntun kendaraannya saat akan memarkir di depan gereja. “Karena letak gereja yang memang di pinggir jalan raya, maka menggunakan parkir di pinggir jalan. Dan selalu ada polisi yang bertugas setiap Sabtu dan Minggu. Itu sebelum kejadian ledakan sudah seperti itu.”

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Mengampuni
Peristiwa ledakan yang terjadi di Gereja St Maria Tak Bercela tentu saja menyebabkan sakit yang mungkin akan membekas diingatan umat Paroki Ngagel. Terlebih karena peristiwa ini membawa korban jiwa dan puluhan korban luka. Namun, Gereja Katolik tidak takut terhadap teror yang mengancam kehidupan Bangsa Indonesia.

Paroki Ngagel mengecam teror semacam ini dan menolak segala bentuk kekerasan. Tindakan ini tidak sesuai dengan martabat kehidupan manusia dan bertentangan dengan ajaran agama mana pun. “Meski kami mengalami duka yang mendalam, namun kami mengampuni para pelaku dan mendoakan mereka,” ucap Pastor Kurdo.

Pastor Kurdo mengungkapkan, para tokoh agama dan warga setempat datang untuk menyampaikan bela sungkawa terhadap peristiwa ini. “Mengutip salah satu kalimat pernyataan mereka ‘malu dengan teror yang mengatasnamakan Islam’, dan mereka datang untuk menyampaian bela sungkawa,” tandas Pastor Kurdo.

Ping juga menjelaskan bahwa banyak yang datang dan menyampaikan bela sungkawa dan donasi. Termasuk dari perwakilan Forum Kerukunan Umat Beragama Surabaya, solidaritas umat lintas agama, hingga Kedutaan Besar Perancis. Tak berselang lama sejak kejadian, Pemerintah Kota Surabaya mengurus pembersihan bekas ledakan. “Yang menjadi korban saja menyemangati kita dan tidak takut, apalagi kita yang tidak mengalami itu. itu juga sebagai pemicu untuk tetap menjalankan ibadah seperti biasa. Umat harus lebih mawas diri, tidak usah takut.”

Marchella A. Vieba

ARTIKEL SEBELUMNYA
ARTIKEL SELANJUTNYA

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles