HIDUPKATOLIK.com – MENULIS bukan hal baru bagi pemilik nama lengkap Pastor Benediktus Bambang Triatmoko SJ. Sejak masa pendidikan di Sekolah Menengah Atas dan seminari, ia gemar menulis. Kegemarannya pun itu terus terasah hingga kini saat berkarya menjadi Kepala Paroki di St Peter Canisius International Parish, Keuskupan Agung Jakarta.
Bertepatan dengan peringatan 20 tahun reformasi. Pastor Moko, demikian ia akrab disapa kembali mengeluarkan karya tulis terbarunya Tarian Dewi Cinta. Ia mengaku mengalami sedikit kendala dalam menulis buku terbarunya.
Pasalnya, ia mengambil latar belakang peristiwa 98 lalu ia interpretasikan ke dalam simbol-simbol yang ia gunakan dalam novel. “Karya ini berangkat dari peristiwa 98, agar masyarakat juga tidak lupa arti penting peristiwa itu bagi perjalanan bangsa.”
Namun, di sinilah kekuatan novel karya kelahiran Tanjung Balai Karimun pada 1965 ini. Pastor Moko tetap menjaga ketat ketepatan data-data sejarah terkait peristiwa 98. Ini menjadi daya tarik dari novel ini. “Tentu saja tanpa meninggalkan data-data yang fundamental. Namun dibuat ringan dalam bentuk novel. Dari kacamata seni,” tuturnya.
Pastor Moko ditahbiskan sebagai imam pada 1994 setelah menempuh pendidikan filsafat dan teologi di Jakarta dan Manila. Ia juga pernah mengambil studi khusus di bidang teknik manufaktur, ilmu komputer dan MBA, di Boston, Amerika Serikat.
Beberapa buku karyanya yang sudah beredar diantaranya Pak Guru Tulus: Pergulatan Mencari Makna Kehidupan, Dokter Astuti: Berkarya Bersama Tuhan, dan Antara Kabut dan Tanah Basah: Perjalanan Tujuh Tingkat Kesadaran Jiwa.
Marchella A. Vieba