HIDUPKATOLIK.com – Spiritualitas Keluarga Kudus Nazareth menjadi penyatu antara umat dan biara-biara yang ada di Paroki Banteng.
ANAK-anak berlarian sambil tertawa mengikuti lantunan nyanyian Gereja. Beberapa orangtua dibuatnya bingung dengan tingkah laku lucu mereka. Namun, hanya senyuman yang tersungging di wajah mereka.
Cerminan keluarga sederhana terwakili pada pemandangan itu. Berdirinya Gereja Keluarga Kudus Banteng, Daerah Istimewa Yogyakarta tak dapat dipisahkan dari keberadaan Biara Nazaret. Biara tersebut merupakan rumah studi bagi calon biarawan Misionaris Keluarga Kudus (MSF).
Gereja ini secara resmi dibuka dan disahkan pada 1 Januari 1968. Karena kedekatan ini, tak heran jika gereja yang sederhana itu memang kental dengan aura kekeluargaan. Paroki Keluarga Kudus Banteng semakin berkembang seiring berjalannya waktu.
Perkembangan itu ternyata diikuti dengan kemunculan beragam biara yang masuk dalam wilayah pelayanan Paroki Banteng. Dua di antaranya adalah Skolastikat Kongregasi Hati Kudus Yesus (SCJ) dan Seminari Tinggi Santo Paulus.
Banyaknya biara-biara ini menjadikan Paroki Banteng bak “taman biara”. Dari “taman” ini, umat dapat menimba kekayaan iman dari setiap tarekat.
Kepala Paroki Banteng Pastor Stephanus Fadjarianto MSF mengungkapkan, biara-biara religius sebagai rumah para calon imam dan suster ini adalah kekayaan tak ternilai bagi Paroki Banteng. “Mereka juga kita ajak kerja sama untuk membangun Paroki Banteng. Banyak hal yang bisa kita bangun bersama,” tutur Pastor Fadjar.
Bentuk kerja sama yang dimaksudnya berupa pelayanan sakramen, pelayanan pengajaran untuk para calon baptis, dan dalam bidang pastoral lainnya. Pastor Fadjar menjelaskan, adanya biara-biara ini, menjadikan umat, baik muda dan tua, dapat berdinamika bersama para biarawan dan biarawati. “Hal itu terwujud dalam beragam kegiatan, seperti pendampingan iman anak, remaja, hingga usia lanjut.”
Paroki Banteng sendiri menjadikan Keluarga Kudus Nazaret sebagai sumber spiritualitas. Imam-imam Tarekat Misionaris Keluarga Kudus yang selama ini berkarya di paroki ini menjadi alasan mengapa paroki ini akhirnya begitu menghidupi semangat ini.
Pastor Fadjar menambahkan, Keluarga Kudus Nazaret sekaligus berperan sebagai pelindung para imam dan bruder MSF. Paroki Banteng juga mengajak umat untuk terlibat dan menghidupi nilai-nilai Keluarga Kudus.
Pastor Fadjar menceritakan, paroki mengadakan Misa dan devosi kepada Keluarga Kudus pada Jumat terakhir di setiap bulannya. Dengan mengajak umat berdevosi, mereka sadar akan tugas dan tanggung jawabnya dalam keluarga.
Tiap orang akan merasa memiliki dan menjadi bagian dari Keluarga Kudus. “Umat semakin menyadari, bahwa keluarga menjadi bagian utama dari pengembangan iman. Keluarga juga menjadi gereja mini, kelompok atau tempat paling dasar dalam struktur kehidupan menggereja,” ujar Pastor Fadjar.
Harapannya, nilai-nilai moral dan etika yang baik dapat tumbuh dalam tiap keluarga, berpedoman pada keluarga kecil Maria, Yosep, dan Yesus. Pastor Fadjar juga menjelaskan, paroki memiliki tim kunjungan keluarga yang setia mendatangi umat.
Kunjungan ini khususnya bagi mereka yang sakit dan lanjut usia. Usaha untuk menghidupi spiritualitas Keluarga Kudus juga melibatkan kelompok-kelompok kategorial yang ada di paroki.
“Dengan kunjungan ini harapannya setiap keluarga akan merasa tersapa oleh Gereja. Gerak dinamis paroki ini akan terpengaruh oleh keberadaan mereka pula,” ujar Pastor Fadjar.
Akhirnya, spiritualitas Keluarga Kudus seperti menjadi ikatan yang menyatukan biara-biara yang ada di Paroki Banteng umat secara umum. Hal ini menjadi satu gambaran yang menunjukkan kekayaan iman yang bersumber dari Keluarga Kudus Nazareth.
Yosepha Debrina Ratih (Jogja)