HIDUPKATOLIK.com – KEDATANGAN pendiri Kongregasi Saudara dan Saudari Yesus Kkottongnae (Congregation of Kkottongnae Brother and Sister of Jesus), Pastor John Oh Woong-Jin, ke Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, Nusa Tenggara Timur, Senin, 4/6/2018, disambut umat dengan adat Manggarai.
Acara penyambutan berlangsung di pintu masuk Rumah Kasih Kkottongnae Indonesia. Hadir bersama Pastor Oh, Ibu Superior Biarawati Kkottangnae Suster John (Lee In Ok), Administrator Apostolik Ruteng sekaligus Uskup Denpasar Mgr Silvester Tung Kiem San, Uskup Bandung dan mantan Visitator Apostolik Ruteng Mgr Antonius Bunjamin Subianto OSC, perwakilan penderma asal Jakarta, umat setempat, dan para sahabat Kkottangnae dari berbagai negara.
Dalam acara penyambutan itu, usai memberikan sapaan adat, torok (juru bicara) memberikan sebuah robo (kendi) kepada Pastor Oh. Robo tersebut berisi tuak (arak). Dalam adat Manggarai, itu merupakan simbol bahwa masyarakat menerima dan menghargai setiap tamu yang datang ke daerah mereka.
“Dalam benak kami, mereka (tamu) datang dari tempat yang jauh. Mereka pasti lelah dan haus. Karena itu, sebagai bentuk penghargaan dan penghormatan kepada tamu, tuan rumah memberikan minum,” terang seorang umat, Ferdinand Jemaun.
Air untuk tamu bukan sekadar air, tambah Ketua Komunitas Umat Basis St Hilarion Paroki Maria Bunda Segala Bangsa Wae Sambi Labuan Bajo, Isfridus Tiandi Nardi. “Tuan rumah menyediakan tuak asli Manggarai, yakni tuak putih atau di sini disebut tuak bakok. Meski tamu tak minum (tuak), sebagai tuan rumah, wajib memberikan minuman terbaik kepada setiap tamu yang datang ke rumah kami. ”
Selesai tahap tuak curu (penjemputan), dilanjutkan dengan manuk kapu. Dalam bahasa setempat, manuk berarti ayam sementara kapu adalah menggendong. Pada bagian ini, torok memberikan tamu seekor ayam berwarna putih. Ini sebagai simbol bahwa tuan rumah menyambut kedatangan tamu dengan hati yang bersih dan tulus.
Torok kemudian mengajak tamu masuk ke dalam rumah diiringi dengan tarian ronda. Dalam tiap solo lagu yang dinyanyikan menyebut nama tamu. Oe lawa mai taung ga (2x) padir wa’i rentu sai, yang berarti mari sama saudara kita bersatu hati menerima tamu.
Yanuari Marwanto