HIDUPKATOLIK.com – Pekan Biasa VII; Yak. 4:1-10; Mzm. 55:7-8, 9-10a, 10b-11a, 23;
Mrk. 9:30-37.
UNTUK kedua kalinya, Yesus mengutarakan nasib-Nya kepada para murid. Saat memberi pengajaran kepada para murid, banyak kali Yesus menggunakan perumpamaan (Mrk 3,23; 4,2). Para murid seolah berhadapan dengan teka-teki yang mesti dipecahkan untuk mendapatkan makna yang dikehendaki Yesus.
Tetapi kali ini, Yesus berbicara tentang penderitaannya dengan bahasa yang lugas, tidak menggunakan perumpamaan yang bisa saja disalahartikan (ay. 31). Yesus menyadari bahwa pengajaran-Nya kali ini, yaitu tentang misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan-Nya, adalah bagian paling penting bagi seorang murid Kristus.
Oleh karena itu, Yesus ingin menyampaikan pengajaran ini sejelas-jelasnya. Tetapi apa yang terjadi? Meskipun pengajaran Yesus sudah disampaikan dengan kata-kata yang begitu jelas, dikatakan bahwa para murid ternyata “tidak mengerti perkataan itu” (ay. 32).
Mereka tidak mengerti karena gagasan yang disampaikan oleh Yesus sama sekali asing bagi mereka. Tidak pernah terbersit dalam pikiran mereka bahwa Mesias yang diharapkan akan mengalami nasib mengenaskan seperti itu.
Lalu? Kiranya ini adalah salah satu kemungkinan di mana cara berpikir manusia berbeda dengan cara berpikir Allah. “Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN” (Yes 55,8). Tinggal manusianya: bisa menyesuaikan diri rencana Allah atau tidak?
Pastor V. Indra Sanjaya – Imam Keuskupan Agung Semarang, Dosen Kitab Suci
Pasca Sarjana Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta
