HIDUPKATOLIK.COM – Prinsip Dasar Tobat
Silahkan baca artikel sebelumnya:
- https://www.hidupkatolik.com/2018/03/13/18742/pendidikan-tobat-menurut-injil-lukas-bagian-i/
- https://www.hidupkatolik.com/2018/03/14/18786/pendidikan-tobat-menurut-injil-lukas-bagian-ii/
2. Doa
Doa adalah yang sering ditampilkan oleh Lukas, bagaimana Yesus sendiri berdoa kepada Bapa. Ia mengajak murid-murid, pada pagi hari, sebelum membuat mukjizat, berdoa semalam-malaman dan bahkan doa Yesus yang terang benderang dalam rangka menerima hukuman salib ialah di Taman Getzemani.
“Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini daripada-Ku; tetapi bukanlah kehendak-Ku melainkan kehendak-Mulah yang terjadi” (22:42), sebelum berakhir pada doa dari atas kayu salib, “Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat” (23:34).
Sungguh ajaib! Demi pertobatan manusia, Yesus berdoa dalam derita sengsara dan kepedihan hati. Tuhan mendaraskan doa agar kehendak Bapalah yang terjadi. Memang sengsara adalah jalan jauh yang kemudian dipikul Yesus namun hal itu terjadi bukan menurut kehendak-Nya melainkan kehendak Bapa. Di sini, bukan berarti kehendak Yesus itu tidak terlaksana, melainkan sebaliknya dalam kehendak Bapalah kehendak Yesus terjadi. Aku dan Bapa adalah satu (Yoh. 10:30).
Kita semua mungkin saja rajin berdoa, seperti doa Yesus yang sekian terjadi dilakukan bersama para murid. Namun, banyak dari kita kemudian menghindar apabila dirundung duka dan kemalangan.
Doa hanya menjadi senjata ampuh apabila memperoleh kelimpahan kesenangan dan sukacita dalam hidup. Selanjutnya, jika dikenai suatu penyakit dan derita, doa cenderung kita lakukan hanya untuk memperlambat penyakit dan atau memaksa Tuhan untuk segera menyembuhkannya.
Yang sejati dari pertobatan ialah berdoa dengan hati yang penuh iman, bahwa apapun yang telah dilakukan biarkanlah Tuhan yang menurunkan berkat. Doa di sini tidak digunakan oleh seorang yang tidak beriman, yang memandang Allah tidak tahu tentang segala sesuatu yang dibuat oleh manusia.
Sebaliknya dihayati sebagai persekutuan yang intim dengan Tuhan dari saat ke saat. St. Agustinus mengungkapkan bahwa jika dosa melawatimu tiap hari, jangan pernah lupa untuk berdoa setiap saat.
Fr. Deodatus D Parera (Penulis adalah calon imam Keuskupan Agung Kupang-Seminari Tinggi St. Mikhael Penfui, Tingkat VI)