HIDUPKATOLIK.COM–BALI selalu tak habis cerita. Selain dikenal sebagai kota destinasi, Bali juga kental dengan budaya dan tradisi. Di tempat ini, banyak orang dari berbagai suku dan agama bisa duduk berdampingan sambil bercerita banyak hal.
Keunikan kota pariwisata khususnya dalam membidik kerukunan antar umat beragama membuat 230 peserta dari berbagai provinsi menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Pelaksanaan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik Nasional (PESPARANI) di Hotel Courtyard Marriott, Bali, Sabtu-Rabu, 10-14/03.
Pelaksanaan Rakornas tahun ini menjadi momen istimewa bagi umat Katolik karena baru tahun ini untuk pertama kali PESPARANi yang akan dilaksanakan di Provinsi Maluku.
Rakornas ini memiliki dasar hukum sesuai PMA No 35 tahun 2016 tentang Lembaga Pembinaan dan Pengembangan Pesta Paduan Suara Gerejani Katolik (LP3KN), Keputusan Menteri Agama No 998 tahun 2017 tanggal 28 Desember tentang Pengurus dan Bagan Struktur Organisasi LP3KN periode 2017-2022, Keputusan Dirjen Bimas Katolik No. 2425 tahun 2017 tentang Pedoman Penyelenggaraan PESPARANI dan Keputusan Dirjen Bimas Katolik No. 2318 tahun 2017 tentang Pedoman Pembentukan dan Pengelolaan LP3KN.
Ketua Umum LP3KN Nasional, Adrianus Eliasta Meliala merefleksikan tema Rakornas, “PESPARANI Katolik Tingkat Nasional Sebagai Sarana Pembangunan Masyarakat di Bidang Kehidupan Beragama Katolik,” mengatakan bahwa tema ini sejalan dengan visi Gereja yaitu pastoral “kategorial” ditengah umat. Ia mengungkapkan bahwa dalam pesta paduan suara nanti, semua orang Katolik dipersatukan dengan bahasa yang satu yaitu bahasa universal dalam musik dan lagu. “Lagu dan musik dalam PESPARANI bisa menjadi reksa pastoral yang lain dalam Gereja. Dalam bahasa universal ini, semua orang merasa terpanggil untuk berbuat sesuatu demi tumbuhkembangnya iman Katolik,” pesan Adrianus.
Meski begitu, Adrianus mengingatkan orang Katolik agar tidak cukup puas dengan bahasa universal tersebut. Baginya, kehadiran semua orang Katolik dalam Pesparani nanti bisa menambah rasa kecintaan kita terhadap iman Katolik lebih-lebih keterlibatan aktif dalam kegiatan gerejani. “Ini penting agar orang Katolik tidak saja ada iven baru terlibat. Tetapi harus memberi diri bagi Gereja dalam setiap karya pelayanan.”
Dalam sambutannya juga, Adrianus menceritrakan bagaimana keterwakilannya sebagai Ketua Umum. Ia mengatakan belum punya pengalaman yang cukup soal PESPARANI. Namun kepercayaan ini, katanya, harus diterima sebagai bentuk tanggungjawab dalam kegiatan gerejani. “Saya tidak tahu kenapa anggota Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) memilih saya sebagai Ketum LP3KN. Sebab saya belum punya pengalaman apapun bahkan suara saya pun jauh dari yang diharapkan. Pemilihan ini membuat saya tidak tidur beberapa hari. Tetapi kepercayaan ini harus diterima sebagai tanggapan atas iman saya,” tekad Adrianus.
LP3KN sendiri telah dikukuhkan dalam Misa Kudus yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2018 di Aula KWI dan secara resmi Dirjen Bimas Katolik telah menyerahkan Keputusan Menteri Agama No 998 tahun 2017 kepada Ketua Umum. Dalam rangkaian acara juga dilaksanakan rapat perdana untuk persiapan Rakornas LP3KN yang sedang berlangsung di Bali.
Yusti H.Wuarmanuk (Bali)