HIDUPKATOLIK.com – UNIKA Atma Jaya mengadakan Dialog Publik terkait Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), Rabu, 21 Februari 2018. Kegiatan yang bertajuk “Pilkada 2018: Pesta Politik dengan Semangat Kebangsaan” ini dihadiri hampir 50 peserta.
Pembicara dalam acara itu adalah Deputi IV Staf Presiden Eko Sulistyo, yang hadir menggantikan Jenderal (Purn.) Moeldoko. Hadir pula Humas Polri Kombes Sri Suari, penggiat media sosial sekaligus Gusdurian, Savic Ali, Ketua Pelaksana Gerakan Ekayastra Unmada Putut Prabantoro, dan Dosen Fakultas Hukum Unika Atma Jaya Surya Tjandra. Wakil Redaktur Pelaksana Harian KOMPAS, Paulus Tri Agung Kristanto, menjadi moderator. Kegiatan berlangsung pada pukul 10.00 hingga pukul 13.00.
Pembicara pertama, Eko Sulistyo, menyampaikan beberapa hal yang menjadi perhatian pemerintah saat ini. Menurut Eko, pemerintah terus berupaya mengimbau seluruh masyarakat agar tidak terjadi perpecahan dalam Pilkada 2018.
Eko berpesan supaya peserta yang hadir cerdas memilih kepala daerah dan tidak menyinggung SARA. Ia menambahkan, pada Pilkada dan Pemilu nanti akan lebih banyak kampanye melalui media sosial.
Eko juga menyampaikan agar masyarakat tidak terlibat dalam ujaran kebencian . Jangan memilih karena kedekatan personal. Artinya, memilihlah karena kompetensi pemimpin. “Mari, kita memilih dengan akal sehat. Jangan karena persepsi dan kedekatan dengan salah satu calon,” ujar Eko.
Selanjutnya, Sri Suari mengutarakan banyaknya hoax ujaran kebencian yang terjadi melalui internet pada Pilkada 2017. Sri menyampaikan bahwa Polri telah membuat Satuan Petugas (Satgas) Nusantara untuk mengendalikan hoax dan hate speech. Selain itu, Satgas Nusantara berusaha mengurangi pelanggaran tersebut dalam menyambut Pilkada 2018.
Senada dengan pembicara sebelumnya, Savic Ali menyampaikan bahwa media sosial berpengaruh dalam Pilkada dan Pemilu. Pemuda ini menandaskan bahwa persaingan calon kepala daerah lebih terasa di dunia maya dan terkesan berbau kebencian. Lulusan STF Driyarkara ini berpesan agar pemerintah dan masyarakat bersatu dalam menyambut pesta demokrasi ini, yakni dengan damai.
Putut Prabantoro dan Surya Tjandra menyampaikan pendapatnya dari sudut pandang lain. Putut mengatakan perlunya masyarakat dibekali dengan pengetahuan politik yang tepat. “Masyarakat perlu dibuatkan semacam sekolah khusus. Dengan demikian, masyarakat lebih pintar dalam memilih,” ungkap Putut.
Surya Tjandra menuturkan bahwa masyarakat butuh sentuhan khusus, agar hati nuraninya tergerak.
Di akhir sesi, moderator menuturkan bahwa Indonesia adalah Negara yang besar. Semua orang perlu saling menjaga agar tidak terjadi perpecahan. “Mari bersatu dengan seluruh warga yang berbeda dengan kita,” tutup Paulus.
Acara ini dimulai dengan menyanyikan lagu kebangsaan dan sambutan dari Rektor Atma Jaya, Dr. Agustinus Prasetyantoko.
Johannes de Deo CC