HIDUPKATOLIK.COM – Lulusan ATMI Dipanggil Atasi Pengangguran
Pengangguran di Indonesia sudah mencapai sekitar 10 juta orang. Sementara pendidikan vokasi kekurangan 91.000 instruktur.
Direktur Politeknik ATMI Surakarta Pastor Tibortius Agus Sriyono SJ melontarkan hal ini dalam diskusi buku berjudul Romo Casutt SJ: Dalam Senyap Bangun Pendidikan Vokasi Indonesia di Kediri Jawa Timur, 24/2-2018. Kegiatan ini merupakan salah satu rangkaian acara menyambut pesta emas Politeknik ATMI Surakarta.
Dalam menyambut pesta emas ini ATMI Solo, nama populer politeknik yang berada di Surakarta, Jawa Tengah ini mengadakan diskusi di delapan kota untuk mendiskusikan buku biografi Romo Casutt. Sebagai pembicara dalam buku ini adalah A. Bobby Pr. (penulis buku Romo Casutt), Gabriel Cahyo Kuncara, dan Yudhi Soewandhono. Kedua nama terakhir adalah alumni ATMI Solo yang telah bekerja di Jawa Timur.
Sesuai tema perayaan, Kobarkan Semangat Pendidikan Vokasi, ATMI Solo ingin mengangkat semangat yang telah diletakkan Romo Casutt selama hidupnya. Kediri adalah kota kedua setelah buku yang ditulis A. Bobby Pr ini diluncurkan pada 27 Januari lalu.
Dalam sambutan Bobby mengungkapkan, semasa Romo Casutt memimpin ATMI Solo dan ATMI Cikarang telah meletakkan pondasi yang kuat untuk pendidikan vokasi. Tidak heran lulusan ATMI dicari oleh banyak perusahaan untuk menjadi tenaga kerja karena memiliki ketrampilan yang handal. “Bahkan sebelum lulus pun mahasiswa ATMI sudah ‘di ijon’ kalangan industri,” ujar Bobby.
Semasa hidupnya, pastor yang meninggal pada 24 Agustus 2012 ini tidak hanya peduli kepada ATMI saja. Pria kelahiran Swiss ini memberikan perhatian penuh untuk revitalisasi pendidikan vokasi di Indonesia. “Pemerintah dibawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo sekarang ini menjadikan ATMI sebagai prototype pendidikan vokasi. Ini menjadi pekerjaan rumah (PR) bersama untuk keluarga besar ATMI,” tambah penulis buku yang juga pemimpin redaksi majalah Hidup ini.
Lakukan Revitalisasi
Lebih lanjut Romo Agus mengatakan pendidikan vokasi seharusnya menjadi jawaban untuk solusi masalah pengangguran di Indonesia. Namun, faktanya banyak lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) menjadi pengangguran. Salah satu penyebabnya adalah masalah guru atau instruktur yang berkualitas untuk lembaga pendidikan vokasi.
Menanggapi PR ini Romo Agus mendorong alumni ATMI untuk bergerak memajukan pendidikan vokasi di Indonesia. Sebab SMK-SMK sekarang ini masih berpikir pada masalah akreditasi, belum mengkaji lebih lanjut bagaimana anak didik dapat masuk ke dunia industri. “Ini tugas kita bersama. Saya mengajak Anda semua untuk merevitalisasi pendidikan vokasi,” tambah Romo Agus.
Romo Agus menguraikan bahwa cukup lama pendidikan kurang mendapatkan perhatian. Oleh karena itu perhatian pemerintah terhadap pendidikan vokasi, perlu ditanggapi oleh seluruh keluarga besar ATMI, termasuk para alumni. “Romo Casutt saja bukan orang teknik. Beliau lahir di Swiss tetapi punya perhatian besar untuk Indonesia. Apalagi kita yang orang teknik dan lahir di sini. Maka saya mengajak Anda semua untuk memperhatikan pendidikan vokasi di Indonesia”.
Perhatian Industri
Saat berbagi pengalaman, Cahyo mengakui pendidikan yang dia dapat dari ATMI sangat bermanfaat dalam mencari pekerjaan. Pria yang lulus tahun 1998, saat Indonesia memasuki masa krisis ekonomi, tidak mengalami kesulitan mendapat pekerjaan karena kalangan industri percaya kualitas ATMI.
Hal yang sama diakui oleh Budi pula. Meski tidak mengalami masa Romo Casutt menjabat sebagai direktur ATMI, alumni angkatan 42 ini mengakui hasil didikan Romo Casutt. “Kita tidak hanya didik menjadi orang teknik tetapi mendapatkan bekal untuk kehidupan yang nyata.”
Kepada Cahyo, Budi, dan alumni yang hadir, Romo Agus berpesan agar turut memberikan perhatian dalam mengembangkan pendidikan vokasi dengan cara masing-masing. Bila kalangan industri memberikan kepedulian dan bantuan maka pendidikan vokasi dapat lebih berkembang.
Novi Misgi