HIDUPKATOLIK.com – TAKHTA Suci sudah membuka Nunsiatura untuk Republik Sudan Selatan sejak 22 Februari 2013, pasca dua tahun merdeka pada 11 Juli 2011. Bapa Suci lalu memberikan tambahan tugas kepada Nunsius Apostolik untuk Kenya, Mgr Charles Daniel Balvo, dengan mendaulatnya sebagai Nunsius Apostolik untuk Sudan Selatan. Uskup Agung Tituler Castello ini dipercaya sebagai Nunsius Apostolik untuk Sudan Selatan sejak 21 Desember 2013.
Di negara yang masih sangat muda ini, Gereja Katolik hadir dengan totalitas. Pada Sabtu, 15/10, dibukalah sebuah Peace Center dengan nama “Gembala yang Baikâ€. Upacara inagurasi dan pemberkatan Peace Center ini dipimpin oleh Mgr Balvo, didampingi beberapa Ordinaris Wilayah di Sudan Selatan, seperti Mgr Paolino Lukudu Loro FSCJ, Uskup Agung Juba; Mgr Rudolf Deng Majak, Uskup Wau; Mgr Erkolando Ludu Tombe, Uskup Yei; Mgr Edward Hiiboro Kussala, Uskup Tombura-Yambio; dan seorang Administrator Apostolik. Perayaan tersebut dihadiri oleh hampir seluruh imam Diosesan dan imam Religius yang berkarya di Sudan, sekitar 800-an umat beriman, beberapa Duta Besar negara sahabat, serta perwakilan pemerintah sipil. Kehadiran berbagai elemen tersebut menunjukkan bahwa Peace Center ini disambut dengan sukacita dan penuh harapan.
“Peace Center ini menjadi suatu gerakan positif demi mencapai perdamaian di negara yang masih sangat muda ini,†ujar Pater Daniele Moschetti, Presiden Asosiasi Provinsial Tarekat di Sudan Selatan, seperti dilansir Agenzia Fides (19/10).
Pengelolaan Peace Center tersebut diserahkan kepada beberapa tarekat religius yang berkarya di Sudan Selatan, seperti para misionaris Combonian di Sudan Selatan, para imam Vincentian dari Filipina, para suster Hati Maria yang Tak Bernoda dari Amerika Serikat, seorang imam Jesuit dari Rwanda, dan seorang bruder dari kongregasi St Martin de Porres asal Uganda.
Tempat baru yang berada di wilayah yurisdiksi Keuskupan Agung Juba ini menyediakan 40 kamar tipe suit, yang terdiri dari dua tempat tidur untuk setiap kamar. Selain itu, tersedia juga tempat bagi kaum muda yang mampu menampung 60 orang. Kompleks tersebut juga dilengkapi dengan ruang konferensi yang relatif besar, refter atau ruang makan, kapel, dan beberapa ruang seminar.
Banyak pihak menilai bahwa kehadiran Peace Center ini merupakan wujud kehadiran Gereja Katolik yang memiliki komitmen besar untuk memperjuangkan perdamaian, keadilan, dan rekonsiliasi di Sudan Selatan. Meskipun banyak sekali rintangan yang dihadapi dalam usaha mewujudkan Peace Center ini, komitmen dan usaha bersama ternyata mampu meruntuhkan semua aral yang menghadang.
Kini Gereja Katolik di Republik Sudan Selatan memiliki satu Keuskupan Agung Metropolit, yakni di Juba, ibukota Sudan Selatan, dan enam Keuskupan Sufragan, yang tiga di antaranya masih dalam kondisi sede vacante (takhta lowong).
R.B.E. Agung Nugroho