HIDUPKATOLIK.com – In Nomine Iesu. Dalam Nama Yesus. Kalimat ini terus dihidupi Kardinal. Ia bagai penjala yang selalu menebarkan jala kabar gembira di medan karya kerasulan.
Hari Raya St Petrus dan Paulus, 29 Juni 1983. Di Gedung Olahraga Semarang, Jawa Tengah, yang kini telah berubah menjadi sebuah mal, umat berkumpul. Dengan khidmat, mereka mengikuti rangkaian upacara Tahbisan Episkopal Romo Julius Darmaatmadja SJ sebagai Uskup Agung Semarang. Kardinal Justinus Darmoyuwono sebagai penahbis utama didampingi Uskup Malang Mgr F.X. Hadisumarta OCarm dan Uskup Agung Jakarta Mgr Leo Soekoto SJ.
Penjala ikan menjadi penjala manusia. Kisah dalam Injil Lukas ini terus melingkupi hati Romo Julius Darmaatmadja SJ sejak ditunjuk Paus Yohanes Paulus II sebagai Uskup Agung Semarang. Kala itu, ia belum genap dua tahun berkarya sebagai Provinsial Serikat Yesus (SJ). Kisah itulah yang kemudian menjadi pendasaran baginya memilih moto penggembalaan sebagai Uskup Agung Semarang, In Nomine Iesu.
Dalam logo penggembalaan, ia pun menempatkan gambar seorang penjala ikan sebagai titik utama. Seorang penjala yang selalu menebarkan kabar gembira yang menjangkau semua orang, tanpa kecuali. “Dalam nama Yesus, demi Yesus, atas perintah Yesus, aku menebarkan jala.”
Saat itu, banyak imam dan para aktivis Gereja meyakini bahwa perutusan sebagai Uskup Agung Semarang, bukanlah perutusan yang terakhir bagi Mgr Julius Darma atmadja SJ. Keyakinan itupun benar. Satu tahun kemudian, ia diangkat Paus sebagai Uskup Militer Indonesia. Ia juga berkiprah aktif dalam konferensi para uskup Indonesia.
Tak hanya di Indonesia, Mgr Darmaatmadja juga menebarkan jala dalam lingkup Gereja Asia, bahkan hingga tingkat kepausan. Hingga kemudian, ia di angkat sebagai kardinal oleh Paus. Ia dilantik Paus Yohanes Paulus II sebagai “Pangeran Gereja” pada 26 November 1994.
Sebagai kardinal, ia pernah mengikuti Konklaf, pemilihan paus baru, pada 2005, setelah Paus Yohanes Paulus II wafat. Konklaf ini memunculkan nama Paus Benediktus XVI. Sementara, pada Konklaf 2013, ia tidak ikut, karena kondisi kesehatannya semakin menurun.
Selain berkarya di Gereja lokal, Kardinal Darmaatmadja juga berkiprah sebagai penasihat Paus dalam aneka bidang, terutama dialog antaragama. Di sinilah, ia menebarkan jala kabar gembira, merangkul semua agama dalam karya kerasulannya.
Pada 1996, ia diutus menjala di Keuskupan Agung Jakarta. Semangatnya tak pudar. Dalam Nama Yesus, ia memulai karya kerasulan di ibukota negeri ini. Jala-jala kemanusiaan ia tebarkan bersama tokoh-tokoh agama lain, kala negeri ini dirundung krisis.
Ia menggembalakan umat Keuskupan Agung Jakarta selama 14 tahun. Pada 2009, Paus telah menyiapkan penggantinya, yaitu Mgr Ignatius Suharyo. Paus mengabulkan pengunduran dirinya sebagai Uskup Agung Jakarta, 28 Juni 2010.
Sebelum meninggalkan Keuskupan Agung Jakarta untuk tinggal di Wisma Emmaus Girisonta, Ungaran, Jawa Tengah, Kardinal Darmaatmadja mengatakan, “Saat saya ditahbiskan sebagai imam, moto tahbisan saya; “Oleh kemurahan Allah kami telah menerima pelayanan ini. Karena itu, kami tidak tawar hati (2 Kor 4:1). Ketika saya ditunjuk menjadi uskup, Yesus saya alami sebagai kepala Gereja-Nya yang menghendaki saya menjadi penjala manusia dan menebarkan jala di Keuskupan Agung Semarang. Lahirlah moto saya sebagai uskup, In Nomine Iesu, Dalam Nama Yesus, dengan kesadaran bahwa apa yang saya lakukan adalah atas dasar kehendak Yesus sendiri. Ketika Paus menghendaki saya pindah ke Keuskupan Agung Jakarta, bagi saya berarti Yesus meminta saya menebarkan jala di tempat lain. Karena situasi Keuskupan Agung Jakarta, Yesus meminta saya agar berpastoral dengan menjadi Gembala Yang Baik.”
Kardinal juga menyebut, bahwa menjalani masa purnakarya juga merupakan panggilan dan perutusan dari Yesus. “Ini merupakan rencana keselamatan Allah.”
Y. Prayogo