web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Orangtua Mendominasi Rencana Perkawinan

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin, saya mempunyai seorang teman yang akan menikah. Ia mulai berkenalan dengan calon suaminya sekitar empat bulan lalu. Kini hubungan mereka sudah diketahui dan direstui keluarga masing-masing. Setelah mengikuti retret, keduanya sepakat untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

Di tengah kebahagiaan itu, muncul masalah. Orangtua pihak laki-laki terlalu mencampuri dan mengatur urusan pernikahan mereka. Mulai dari pakaian pengantin, tempat pesta, tempat tinggal setelah menikah, pekerjaan kedua pihak, bahkan hari pernikahan dan hal kecil yang semestinya bisa diatur kedua pihak sudah mereka tentukan.

Saking detailnya persiapan tersebut, hal itu malah memicu keributan dan pertengkaran di pihak keluarga besar laki-laki. Perlu diketahui, calon suami teman saya itu adalah anak tunggal yang kedua orangtuanya memiliki pengaruh dominan. Untuk menemukan solusi, apakah Romo dapat memberikan nasihat agar bisa saya sampaikan kepada teman saya dan calon suaminya itu?

Terima kasih.

Nancy, Jakarta

Nancy yang baik, mencoba menolong teman memang sangat mulia, apalagi berkaitan dengan hidup perkawinan dan keluarganya. Temanmu tampaknya sedang dilanda dilema, antara meneruskan cinta dan perasaan dirongrong kebebasannya. Hal itu memang tantangan di depan mata.

Saya heran dengan sikap pihak laki-laki yang membiarkan dirinya diatur begitu detail oleh orangtuanya. Apakah memang semua persiapan dan biaya pernikahan dibebankan kepada orangtuanya? Seringkali, peran itu dipengaruhi juga oleh besarnya peran finansial pihak orangtua. Karena pihak laki-laki adalah anak tunggal, secara tidak sadar orangtua merasa pernikahan ini sangat penting dan hanya akan sekali saja dialami dalam keluarga itu.

Peran pihak laki-laki sangat penting. Menyalahkan orangtua saja juga tidak adil, karena pasti orangtua ingin anak mereka hidupnya baik. Konsep mengenai kebaikan ini yang bisa tidak cocok dengan anak-anak yang akan menikah. Komunikasi adalah alat andal untuk menyatukannya. Sekali lagi, anak pihak laki-laki yang harus berperan dan menunjukkan kedewasaannya.

Pertemuan dan pacaran dalam waktu singkat memang mengandung risiko lebih tinggi dalam kelanggengan perkawinan.

Seandainya boleh mengusulkan, barangkali justru penentuan waktu menikah bisa diperpanjang atau ditunda lebih lama lagi. Kita perlu membiarkan setiap orang yang menikah memantapkan dirinya dengan pengenalan lebih lama. Perkawinan, karena dikejar orangtua sangat riskan dan sangat berbahaya, karena kedua calon dapat merasa tidak bertanggung jawab atas perkawinannya, karena didorong pihak luar.

Kembali soal orangtua tadi, pihak orangtua perlu disadarkan bahwa perkawinan ini sangat penting untuk kedua calon yang menikah. Pentingnya adalah untuk melatih mereka memutuskan segala sesuatunya secara bersama- sama dan dewasa. Ketergantungan yang diciptakan orangtua bisa mengakibatkan ketidakpuasan pihak yang diatur, baik calon istri, maupun keluarga besar pihak istri ini. Peristiwa ini dapat memicu pertengkaran yang berlanjut dalam waktu lama.

Perkawinan memang peristiwa keluarga, karenanya menghapus peran serta orangtua secara penuh jelas tidak mungkin. Di Indonesia, kita perlu insaf bahwa orangtua ingin “mengantar” anaknya ke pelaminan dengan ikut mengatur. Jika peran ini dijalankan dengan wajar dan proporsional, saya kira ini lumrah. Akan tetapi, jika kedua calon merasa terlalu diatur, maka perlu ada pembicaraan yang terbuka, meskipun berisiko rasa sakit atau tersinggung.

Apakah kita bisa menghambat perkawinan mereka? Saya usul hal itu sebagai inspirasi saja. Kita selalu menjadi orang luar. Kita tidak bisa memaksa menunda jika persiapan perkawinan sudah begitu dekat. Kalaupun kita amat ragu, atau misalnya pihak perempuan ragu-ragu, Anda berhak melaporkannya pada imam yang akan meneguhkan pernikahan. Jangan takut, ini peran suci yang harus Anda sampaikan, agar kedua calon dipanggil dan memastikannya di hadapan imam/romo.

Semoga membantu. Tuhan memberkati.

Alexander Erwin Santoso MSF

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles