web page hit counter
Sabtu, 23 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Metamorfosis Fransiskan Papua

3.5/5 - (4 votes)

HIDUPKATOLIK.com – Bermula dari pelaksanaan karya misi, Fransiskan di Bumi Cenderawasih berkembang menjadi Provinsi St Fransiskus Duta Damai Papua.

Sejak pertengahan September lalu, Kustodi para Saudara Dina Fransiskan Papua secara definitif resmi menjadi Provinsi St Fransiskus Duta Damai. Peristiwa ini patut disyukuri, agar karya pelayanan Gereja di Bumi Papua kian berkembang. Berikut petikan wawancara dengan Minister Provinsi OFM St Fransiskus Duta Damai, Romo Gabriel Ngga OFM:

Bagaimana kisah kedatangan misionaris OFM di tanah Papua?

Persaudaraan Fransiskan datang kali pertama ke tanah Papua atas undangan para Misionaris Hati Kudus Yesus (Missionarii Sacratissimi Cordis Jesu/MSC). Mereka lebih dahulu berkarya di Papua. Karena Papua begitu luas, mereka tidak bisa menjangkau keseluruhan, maka kala itu sekitar tahun 1935, mereka mencari ordo atau kongregasi yang mau untuk berkarya di tanah Papua.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Beberapa ordo dan kongregasi sudah mereka tawari, namun urung untuk mencoba berkarya di Papua. Lalu, saat penawaran itu tiba pada Ordo Fransiskan, kami menyambut tawaran itu. Sebagai bentuk keseriusan atas tawaran ini, Ordo Fransiskan kali pertama mengirimkan enam orang saudara Fransiskan, termasuk satu bruder. Keenam orang itu adalah Pater Zeno Moors, Pater Fulco Vugts, Pater Philippus Tetteroo, Pater Nerius Louter, Pater Saturninus van Egmond, dan Bruder Sebastian Vendrig. Keenam Saudara Fransiskan ini berlayar dengan menggunakan kapal Jan Pieterszoon Coen pada 29 Desember 1936 menuju tanah misi Ternate, Bacan, Tidore, Halmahera, Papua bagian utara, Kepala Burung, Babo, Kokas, Fakfak dan Mimika.

Karya misi apa yang mulai dirintis OFM di Papua?

Mereka datang, selain untuk berpastoral, juga pergi ke beberapa tempat untuk membuka sekolah, membantu pertanian, dan membuka layanan kesehatan. Ini adalah keadaan yang amat dibutuhkan masyarakat Papua kala itu. Dalam perkembangan, mereka mulai membaptis, berpastoral, dan melakukan katekese pada umat, serta mencari calon Saudara Fransiskan.

Baca Juga:  Buah-buah Sinode III Keuskupan Sibolga Harus Menjadi Milik Seluruh Umat

Saat ini seperti apa?

Perkembangan dan pertumbuhan Saudara Fransiskan di Papua sampai sekarang, saya rasa cuku p berkembang. Bermula dari enam orang, saat ini anggota kami ada 60 orang berkaul kekal. Selain itu ada 30 saudara berkaul sementara dan ada tujuh bruder Fransiskan.

Kami juga mengirim satu Saudara Fransiskan untuk berkarya di Myanmar. Tahun depan, kami bersama dengan OFM di Papua Nugini akan membuka satu komunitas di Papua Nugini.

Bagaimana hubungan saudara Fransiskan dengan tarekat-tarekat lain?

Secara de facto, hubungan kami mulai saat kami datang ke tanah Papua, berjalan dengan baik dan selaras. Mereka adalah mitra kami untuk membangun masyarakat, melalui berbagai pelayanan yang kami berikan. Saya kira, menjaga hubungan dengan ordo atau kongregasi lain sangat penting. Ini demi kebaikan dan juga kemajuan umat dalam masyarakat lokal.

Baca Juga:  Keuskupan Sibolga Lima Tahun ke Depan

Apa harapan Romo?

Harapannya tetap sama seperti saat Fransiskan di Papua menjadi kustodi dependen ke Provinsi St Mikael Malaekat Agung Indonesia, yakni sungguh membangun bagaimana persaudaraan ini tetap kokoh dan kuat, serta mampu berkembang terutama dalam karya pelayanan. Tidak saja untuk umat pinggiran, tetapi kami hadir untuk membawa kedamaian dan kebenaran di tengah hidup yang berkembang ini. Selain itu, karena saat ini sudah menjadi Provinsi St Fransiskus Duta Damai di Papua, kami harus tetap berjuang agar karya pelayanan kami tetap berkembang sebagai satu kesatuan. Kami ingin membangun persaudaraan Fransiskan yang memiliki karakter dan berevangelisasi.

Christophorus Marimin

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles