web page hit counter
Jumat, 22 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Perkawinan Menyelamatkan Kecenderungan Homoseksual?

2/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Romo Erwin, saya seorang pria lajang. Saat ini usia saya 39 tahun. Akhir-akhir ini ada dorongan untuk menikah karena saya sedang dekat dengan seorang gadis berusia 26 tahun. Kami berteman selama dua tahun. Kami bekerja di kantor yang sama. Saya mengakui, punya kecenderungan mencintai sesama jenis. Saya ingin agar perkawinan menyembuhkan hidup saya sebagai penyuka sesama jenis. Saya pernah pacaran dengan lawan jenis selama dua kali, tetapi gagal, karena saya tidak bisa penuh mencintainya. Apakah saya memang bisa diselamatkan lewat perkawinan ini?

Aditya, Yogyakarta

Saudara Adit yang baik, terima kasih atas pertanyaan Anda. Menjadi seorang yang menyukai sesama jenis bukan hal mudah, karena negara dan Gereja, tidak memberikan kemungkinan untuk menikah. Kesulitan ini seringkali membuat mereka yang mempunyai kecenderungan homoseksual bingung. Semoga Anda dapat merenungkan persoalan Anda dengan hati bersih, sebagai seorang beriman Katolik.

Saya mengerti, jika Anda jujur sebagai seorang homoseksual, dan memutuskan untuk tidak melanjutkan hubungan kalian ke jenjang perkawinan, dengan dua pacar lawan jenis Anda terdahulu. Anda bersikap bijaksana karena jujur melihat cinta Anda kepada pacar Anda terdahulu. Tidak ada yang boleh memaksa Anda untuk menikah karena Anda sudah cukup umur. Anda berhak menentukan sendiri apakah akan menikah atau tidak mengingat situasi Anda.

Dengan kecenderungan Anda sebagai seorang homoseksual, tentu Anda juga mempunyai hubungan dengan sesama jenis. Hubungan ini Anda anggap lebih nyata dibandingkan dengan lawan jenis. Kenyataan inilah yang membuat Anda gamang dan ragu untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis, meskipun Anda merasa cocok dengan seseorang. Kuncinya ada dalam hati dan keseluruhan diri Anda.

Seorang homoseksual akan menghadapi kesulitan mendasar untuk sungguh dapat mencintai lawan jenis, sehingga akan mengganggu hidup bersama di kemudian hari dalam perkawinannya. Jika Anda me ngakui hal ini, maka sangat baik jika Anda tidak memutuskan menikah dengan gadis yang Anda rasa cocok saat ini.

“Kecocokan” bukanlah tanda bahwa Anda akan cocok sebagai pasangan suami istri. Barangkali sebagai rekan kerja, Anda adalah pasangan yang baik, tetapi menjadi suami-istri adalah soal yang amat berbeda. Perkawinan membutuhkan cinta sejati mencakup ketertarikan, cinta, dan nafsu seksual sekaligus. Jika salah satunya tidak ada, maka perkawinan menjadi kesedihan dan sandiwara abadi.

Perkawinan bagi beberapa orang bisa menjadi tanda kesembuhan bagi seorang yang sejatinya bukan homoseksual, tetapi ikut-ikutan menjadi homoseksual sosial. Akan tetapi bagi homoseksual asli, perkawinan tidak pernah menyembuhkan, melainkan akan mengorbankan pasangan yang heteroseksual. Teman Anda tentu mengharapkan seorang suami yang straight, heteroseksual, mencintai lawan jenis, terutama dalam hal seksual.

Matius 19:12 dapat memberi inspirasi untuk direnungkan. Yesus mengatakan kepada para muridnya, “Ada orang yang tidak dapat kawin karena ia memang lahir demikian dari rahim ibunya, dan ada orang yang dijadikan demikian oleh orang lain, dan ada orang yang membuat dirinya demikian karena kemauannya sendiri oleh karena Kerajaan Surga. Siapa yang dapat mengerti hendaklah ia mengerti”.

Saya tidak ingin mempengaruhi keputusan Anda, jika Anda merasa yakin, bahwa cinta kasih Anda kepada teman Anda itu memang tulus dan murni, dengan ketertarikan seksual yang asli sebagai seorang heteroseksual. Akan tetapi, jika Anda sendiri belum yakin, dan mencoba menyembuhkan diri dengan menikah, Anda melakukan coba-coba. Hal ini dilarang Gereja, karena pernikahan Katolik kekal. Anda akan membuat pasangan Anda kelak menderita karena Anda sendiri tidak bisa setia kepadanya sebagai suami. Semoga Anda mengerti dan mau merenungkan lebih dalam lagi keputusan Anda untuk memilih jalan hidup. Persembahkan diri dengan banyak cara, menjadi pribadi yang produktif, dengan teladan hidup sebagai seorang lajang itu juga baik adanya. Tuhan memberkati.

Alexander Erwin Santoso MSF

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles