HIDUPKATOLIK.com – Suatu kali, orangtua Yesus, Yosef dan Maria membawa Yesus ke Yerusalem. Ketika berjalan pulang, Yosef dan Maria mengira Yesus bersama dengan mereka. Ternyata Yesus “hilang”. Yosef dan Maria pun kalang kabut mencari Yesus. Sesudah tiga hari, mereka menemukan Yesus di Bait Allah. Maria pun berkata, Nak, mengapa Engkau berbuat demikian terhadap kami?” Jawab Yesus, “Mengapa kamu mencari Aku?” Mereka pun pulang bersama ke Nazaret. Ia ditempa oleh orangtua-Nya, Yosef dan Maria, serta menjalani masa persiapan sebelum melaksanakan misi luhur Allah. “Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52).
Yesus, Yosef, dan Maria adalah pribadi-pribadi dalam keluarga yang melihat segala dalam kacamata terang iman. Mereka menjadi keluarga yang mengalami sukacita keselamatan. Keluarga Kristiani zaman ini, mestinya belajar membangun keluarga dari Keluarga Kudus ini. Baik pula jika kita memandang keluarga memiliki panggilan masa kini. Keluarga-keluarga dipanggil untuk mempersiapkan anak-anak agar siap sedia menjawab segala tantangan zaman, dengan aneka bentuk perubahannya.
Di sinilah panggilan hidup dalam ikatan perkawinan atau berkeluarga menemukan titik yang mahapenting. Ia juga diundang Allah untuk ikut serta dalam karya keselamatan. Pendidikan dalam keluarga bukan sekadar agar anak-anak menjadi pribadi-pribadi yang baik. Itu memang penting. Namun, yang lebih pertama dan utama adalah bahwa Allah senantiasa memanggil orangtua ambil bagian dalam karya penyelamatan bangsa, sesama, dan seluruh alam semesta.
Karya penyelamatan ini termasuk di dalamnya mempersiapkan anak-anak menjadi pelayan-pelayan Gereja. Keluarga menjadi sekolah iman pertama bagi anak-anak. Di sanalah, anak-anak pertama kali diperkenalkan dengan iman kekatolikan. Di sana pula kesaksian iman tumbuh dan berkembang. Maka, keluarga-keluarga mesti menyadari panggilan agar ikut serta dalam imamat umum umat beriman, sembari menyadari pula panggilan khusus hidup selibat. Karena keluarga sejatinya rahim dari panggilan khusus.
Melalui keluarga-keluarga, umat awam memiliki peran besar dalam mempersiapkan generasi penerus pelayan Gereja. Peran ini diharapkan berlanjut dengan memberi dukungan kepada segenap karya pendidikan dan formasi para calon imam, suster, dan bruder. Selama ini, peran tersebut telah dimainkan sejumlah kelompok umat. Mereka berjibaku menggalang kepedulian terhadap pendidikan para calon pelayan Gereja, entah melalui sokongan materi maupun non materi. Hal ini tentu patut diapresiasi, sembari terus mempromosikan gerakan ini.
Para pelayan Gereja lahir dari rahim umat. Ketika panggilan berbuah, umat pula yang menikmati buah-buah rohaninya. Dukungan umat, dalam bentuk apapun menjadi hal penting bagi para calon pelayan Gereja. Maka, marilah kita dengan cara masing-masing menyokong para calon pelayan Gereja, seturut teladan Yosef dan Maria yang senantiasa setia mendampingi, membimbing, dan mendoakan Yesus.
Redaksi