HIDUPKATOLIK.com – Ia memilih menggeluti ilmu transportasi yang pada zamannya jarang diminati orang. Ia menjadi dosen dan konsultan transportasi. Kini, ia sedang menangani pembangunan moda transportasi massal, Mass Rapid Transit Jakarta.
Jakarta belum lepas dari persoalan kemacetan. Macet di jalanan seperti penyakit akut bagi ibukota negeri ini. Beragam upaya dilakukan untuk mengurai masalah ini. Satu upaya yang sedang digulirkan adalah membangun angkutan massal berbasis rel atau Mass Rapid Transit. Pembangunan jalur transportasi massal ini sedang dalam tahap pengerjaan oleh PT Mass Rapid Transit Jakarta.
Adalah Fransiscus Trisbiantara yang dipercaya Gubernur DKI Jakarta kala itu, Joko Widodo, menjadi salah satu komisaris PT Mass Rapid Transit Jakarta. “Semoga saya bisa mengemban kepercayaan ini,” tutur Tris, sapaan pria kelahiran Jakarta 61 tahun silam ini.
Transportasi
Bagi Tris, semakin banyak penduduk sebuah kota, transportasi akan semakin dibutuhkan. Jika kebutuhan akan transportasi tak terpenuhi, kemacetan tak bisa dihindari. Penyebab kemacetan pun bagai deret ukur, sementara upaya mengatasi kemacetan seperti deret hitung. Jurang antara persoalan dan upaya mengatasinya semakin hari kian melebar. Persoalan kemacetan pun tak mudah diurai.
Hal inilah yang kemudian menyeret Tris mendalami ilmu tentang transportasi. Bisa dibayangkan, kala Tris masih muda, kemacetan Jakarta belum separah saat ini. Tapi Tris seperti telah memprediksi bahwa kemacetan akan menjadi masalah besar bagi Jakarta. Ia berkeinginan mendalami ilmu transportasi. Tris memilih belajar transportasi di Negeri Kincir Angin, Belanda. Berbekal uang tabungan, ia berangkat kuliah ke Delf University of Technology Belanda.
Setelah mengantongi ilmu transportasi, ia kembali ke tanah air. Mula-mula, ia diterima bekerja sebagai pegawai negeri di Departemen Perhubungan RI. Namun, kemudian ia memilih pindah ke Departemen Pekerjaan Umum RI. Selang empat tahun, ia kembali ke Departemen Perhubungan. Di Departemen Perhubungan ini, Tris dikenal sebagai salah seorang yang membidani kelahiran Undang-Undang Lalu Lintas Darat.
Lima tahun kemudian, Tris memilih meninggalkan pekerjaan sebagai pegawai negeri. Ia kembali ke Belanda. Tris bekerja di Dinas Pekerjaan Umum Kota Amsterdam, Belanda. Beberapa proyek transportasi di kota Amsterdam, ia kerjakan. Namun itu hanya berlangsung sekitar satu tahun. “Saya pulang ke tanah air lagi, karena anak-anak tak betah tinggal di Belanda,” cerita ayah dua anak ini.
MRT Jakarta
Sekembalinya ke tanah air, pria yang gemar membaca dan jalan-jalan ini memutuskan berbagi ilmu transportasi kepada generasi muda. Ia menjadi pengajar di Universitas Trisakti Jakarta. Sebenarnya, sudah lama ia memendam keinginan menjadi seorang pengajar. “Meskipun gaji kecil, tetapi otak saya bisa bekerja terus. Sampai kini, saya masih mengajar dan menghasilkan para sarjana yang siap berkarya.”
Selain mengajar, Tris bekerja sebagai konsultan bidang transportasi. Sejak 1994 hingga 2005, ia membantu mengerjakan proyek Bank Dunia dalam bidang transportasi di Indonesia. Selama sepuluh tahun, ia keliling Indonesia membantu membangun jembatan dan jalan. “Hanya Aceh, Papua, dan Maluku yang tidak sempat saya kunjungi,” ujarnya.
Selain aktif mengajar dan menjadi konsultan, Tris juga diminta turut memikirkan membenahi persoalan transportasi di Jakarta. Maka sejak 2007, namanya tercantum sebagai anggota Dewan Transportasi Kota Jakarta. Tris mengaku, persoalan transportasi di Jakarta kian parah. Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyediakan 1000 bus Transjakarta masih menemui kendala. Sementara, sekitar 50 persen angkutan massal ini telah rusak. “Ini yang saya sebut ada gap antara laju permasalahan dengan upaya mengatasinya. Jumlah angkutan umum di Jakarta semakin berkurang.”
Mass Rapid Transit atau MRT, kata Tris, merupakan satu upaya mengatasi hal tersebut. Angkutan massal berbasis rel ini, rencana akan dibangun 25 meter di bawah tanah serta rel melayang di atas tanah. “Jadi, MRT diharapkan dapat mengatasi kemacetan, karena mengurangi beban di jalan raya. Di samping itu, akan tersedia ruang-ruang publik yang bisa dikembangkan menjadi taman kota, jalur hijau, dan yang lain,” urai anggota Dewan Penasihat Gubernur DKI Jakarta ini.
MRT Jakarta yang sedang dalam tahap pembangunan akan membentang kurang lebih 110,8 kilometer, yang terdiri atas koridor selatan utara dan koridor timur barat. “Semoga pada 2018 nanti, angkutan massal ini telah melayani kebutuhan transportasi warga ibukota,” Tris berharap.
Mewujudkan iman
Berkarya dalam bidang transportasi tidaklah mudah, apalagi di ibukota. Mau tidak mau, Tris kerap bersinggung dengan birokrasi pemerintahan yang rentan dengan korupsi. Maka, Tris mengusulkan agar Gereja juga turun tangan men dampingi aparat pemerintahan. “Mereka perlu pendampingan iman yang kongkret dan terus menerus, karena mereka harus teguh dalam iman saat menghadapi jalan yang terjal, yang penuh dengan bujuk rayu,” ujar umat Paroki Katedral St Perawan Maria Diangkat ke Surga Jakarta ini.
Bagi Tris yang juga pernah menjadi bagian birokrasi pemerintah, khotbah saat perayaan Ekaristi mingguan tak cukup menguatkan iman para birokrat. Harus ada upaya lain untuk membangun komunitas yang beriman teguh, siap bekerja keras memperbaiki kondisi Jakarta.
Tris menuturkan, upayanya membantu pemerintah, terutama dalam bidang trans portasi merupakan usaha mewujudkan dan mempertanggungjawabkan iman. Sebagai seorang Katolik, ia dipanggil menjadi garam dan terang bagi sesama. “Saya siap berbagi pengetahuan dan kemampuan dalam bidang transportasi!”
Fransiscus Trisbiantara
TTL : Jakarta, 14 Januari 1954
Istri : Sandra
Anak : Jonathan dan Adelia Irene
Pendidikan:
• Delf University of Technology, Belanda
Pekerjaan:
• Pegawai negeri di Departemen Pekerjaan Umum
• Pegawai negeri di Departemen Perhubungan
• Karyawan Dinas Pekerjaan Umum Kota Amsterdam, Belanda
• Dewan Transportasi Kota Jakarta
• Staf Ahli Wakil Gubernur DKI Jakarta
• Anggota Dewan Penasihat Gubernur DKI Jakarta
• Dosen Transportasi di Fakultas Teknik Sipil Universitas Trisakti
Angela Rianti