HIDUPKATOLIK.com – Pengasuh yang baik, nama saya Cecilia, umur 26 tahun. Saya sudah bertunangan dengan seorang pria berumur 32 tahun. Jujur, sejak pacaran hingga saat ini, saya tidak mencintai pacar saya dengan sungguh-sungguh, sehingga kadang menyebabkan konflik. Pertunangan kami pun terjadi karena desakan orangtua saya. Alasan mereka, karena pacar saya seiman dan secara ekonomi sudah mapan.
Saat ini, di kantor, ada seorang duda dua anak yang kebetulan satu divisi dengan saya. Selain seiman, ia sangat memperhatikan saya. Selama tiga bulan terakhir, kami sering kerja dan makan siang bersama. Kami juga sering memberi kabar via BBM, telepon dan jalan bareng. Awalnya, saya merasa biasa saja, tapi kini saya malah jatuh cinta kepadanya.
Jika diperbolehkan memilih, tentunya saya akan memilih rekan kerja saya itu. Tetapi jika memikirkan kehormatan keluarga, dengan berat hati saya harus memilih tunangan saya. Sungguh dilema bagi saya. Apa yang harus saya lakukan untuk mengatasi masalah ini?
Cecilia, Jakarta
Cecilia yang baik, untuk menentukan pilihan, Anda dapat mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, pertimbangkan kadar cinta antara keduanya. Perkawinan yang baik selalu didasari oleh cinta. Cinta bukanlah apa yang diucapkan, tetapi yang dilakukan. Anda dapat berdialog dan mengamati cara mereka berperilaku. Cinta itu tidak akan mementingkan diri sendiri. Biasanya berorientasi kepada orang yang dicintai, bahkan rela memberikan segalanya, jika perlu sampai korban nyawa.
Kedua, kunci suatu hubungan adalah relasi-dialog-komunikasi yang terbuka antara pasangan. Ada tiga bentuk komunikasi, yaitu komunikasi kognitif, afektif dan konatif. Komunikasi kognitif akan tampak dalam cara bertukar pikiran. Anda akan melihat di antara keduanya, kira-kira siapa yang mampu bertukar pikiran secara baik dan bersedia menerima usulan Anda.
Komunikasi afektif, dapat dilihat dari rasa nyaman ketika Anda berkomunikasi dengan pasangan Anda. Dari antara mereka berdua, siapakah yang lebih nyaman dalam berkomunikasi, memiliki empati, dan tenggang rasa dengan Anda? Empati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan diri “di dalam” diri pasangan. Orang yang memiliki afeksi yang kuat akan peka terhadap kebutuhan orang lain. Dia dapat bereaksi secara tepat saat orang lain menunjukkan gelagat tertentu. Ia mendengarkan dan menanggapi lawan bicaranya.
Komunikasi konatif adalah relasi secara fisik. Anda dapat di antara keduanya, siapakah yang segera menolong orang lain yang membutuhkan pertolongan. Manakah di antara keduanya yang menghargai makna dari tubuh manusia, atau sebaliknya malah ringan tangan dan mudah sekali menyakiti fisik orang lain.
Gambaran tersebut di atas biasa dikatakan sebagai sikap mental. Individu dengan sikap mental positif akan terbuka dengan pikiran orang lain, memiliki empati dan tenggang rasa. Selain itu ia peka akan kebutuhan orang lain, suka membantu dengan tidak memperhitungkan untung rugi. Sedangkan sikap mental negatif, adalah gambaran yang sebaliknya.
Dari pemaparan di atas, Anda bisa mengambil keputusan. Apabila Anda memilih tunangan Anda, maka hal positifnya antara lain, seiman, orangtua sudah setuju, dan secara finansial juga sudah baik. Namun karena sering terjadi konflik, tampaknya pengenalan antara Anda dengan tunangan tidak terjadi secara mendalam sehingga membuat Anda menjadi kurang yakin. Ketidakyakinan ini muncul karena komunikasi (baik kognitif, afektif maupun konatif) kemungkinan tidak berjalan dengan baik.
Di sisi lain, jika Anda memilih teman sekantor, hal-hal yang positifnya adalah: seiman, rasa nyaman dalam berkomunikasi dan secara finansial juga terjamin. Hal yang perlu dipertimbangkan adalah soal waktu yang singkat berkaitan dengan perkenalan Anda dengan teman Anda yang baru tiga bulan. Mengenai statusnya yang seorang duda, perlu juga Anda ketahui. Apakah dia duda karena ditinggal mati atau karena cerai. Selain itu, teman Anda ini juga sudah memiliki dua anak. Untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya tentu memerlukan penyesuaian diri yang tidak mudah. Selain itu, Anda juga harus berusaha memperkenalkan teman Anda ini kepada keluarga Anda.
Silakan pertimbangkan lagi dengan matang dan bawalah keresahan Anda dalam doa, sehingga Anda dapat mengambil keputusan yang terbaik.
Y. Bagus Wismanto,
Dosen Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang