Memasuki hampir setengah abad, Politeknik ATMI Surakarta tetap bertahan. Bahkan terus mengembangkan sayap untuk mendidik anak muda menguasai keterampilan teknik.
Selama ini ATMI hanya membuka program studi (prodi) Diploma-3. Pada Senin, 7/8, ATMI secara resmi menambah dua prodi lagi dengan membuka jenjang Diploma-4. Hadir dalam acara itu antara lain Walikota Solo F. X. Hadi Rudyatmo, dan perwakilan kopertis VI. Sebelum peresmian diadakan Misa sebagai pembuka tahun akademik 2017-2018. Perayaan ekaristi dipimpin Direktur Bussines Development and Ethics Center ATMI, Romo Clay Pareira SJ dan didampingi oleh Direktur Politeknik ATMI Surakarta, Romo Tibortius Agus Sriyono SJ
Menurut Rudy, ATMI dapat bertahan hingga sekarang karena terus menerus memperbaiki sarana dan prasarana yang sesuai dengan perkembangan zaman. Sementara dalam menerapkan perkuliahan, ATMI memiki standar tinggi. “Dari sisi kedisiplinan dan kreativitas kuat sekali”.
Dengan pertimbangan ini Rudy tidak terkejut melihat lulusan ATMI semuanya terserap dalam dunia industri. “Jadinya mau buka D-4, D-5, D-6 tidak berpengaruh. Kalau lulusan ATMI tidak bakalan kelaparan”.
Pendapat Rudy memang tidak salah. Lulusan ATMI tidak mengalami kesulitan untuk mendapat pekerjaan. Bahkan sebelum lulus mereka sudah diminta oleh banyak perusahaan.
Dalam tahun ajaran ini, ATMI mendidik 660 mahasiswa. Mereka tersebar dalam lima prodi. Untuk Diploma-3 yaitu Teknologi Manufaktur, Teknologi Perancangan Mekanik, Mekatronika. Sedangkan Diploma-4 adalah Perancangan Mekanik dan Relayasa Teknologo Manufaktur.
Kehadiran ATMI tidak terlepas ketika Serikat Jesus mendirikan ATMI pada 1968. Setelah Romo Joseph Baltazar Casutt SJ menjadi direktur, ATMI semakin berkembang. Romo Casutt, begitu biasa dipanggil, menjalin kerja sama dengan Swiss yang telah memiliki budaya industri sangat kuat. Negara yang memiliki sumber daya alam terbatas ini malah dikenal sebagai bangsa yang mampu memproduksi barang-barang berkualitas. Bahkan Swiss terkenal karena cokelat, padahal negara itu tidak memiliki perkebunan kakao
Kiblat ke Swiss membuat lulusan ATMI menjadi incaran dunia industri. Sejak awal ATMI menekankan praktik yang lebih banyak dari teori. Perbandingannya 70:30 persen. Kondisi ini dapat terwujud karena ATMI menekankan satu mesin dipegang oleh satu orang.
Romo Casutt pun selalu mengikuti perkembangan teknologi di luar negeri sehingga mengikuti mesin-mesin yang ada di dunia industri, bahkan lebih maju.
Sepeninggal Romo Casutt, ATMI tidak meredup.
Kini ATMI memiliki unit produksi sendiri yang dapat menopang politeknik. ATMI Solo pun telah melahirkan ATMI Cikarang yang didirikan oleh Romo Casutt. Kini menjelang pesta emas, ATMI menerima pengakuan dari pemerintah dengan keluarnya izin dua prodi Diploma-4. Sebuah kado pada usia emas.
A. Bobby Pr