web page hit counter
Sabtu, 23 November 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Gereja Borneo Sambut AYD

Rate this post

HIDUPKATOLIK.COM-SEBAGAI sebuah kota pesisir, Singkawang pada 1885, sudah ramai dengan begitu banyak aktivitas perdagangan. Pada tahun-tahun itu juga, dimulailah sejarah Gereja Katolik di Bumi Borneo dengan ditugaskannya Pater Staal SJ di sana. Begitu tiba di Kalimantan, Pater Staal merintis Stasi Singkawang. Ketika itu keseluruhan Pulau Kalimantan masih menjadi bagian Vikariat Apostolik Batavia.

Jauh sebelumnya, orang-orang Melayu dan Tionghoa juga sudah ada di wilayah pesisir ini. Setelah beberapa lama berkarya di Singkawang, umat semakin bertambah banyak berkembang, maka tahun 1905 Gereja Indonesia Kalimantan memulai sejarah baru dengan ditingkatkan statusnya menjadi Perfektur Apostolik Borneo (Perfectura Apostolic of Dutch Borneo/ Borneo Olandese) dan Pater Jan Pacificus Bos OFMCap ditunjuk sebagai Prefek Apostolik. Pada 1909, dibukalah Stasi Pontianak, dan Pater Bos mulai memindahkan pusat misi Katolik dari SIngkawang ke Pontianak.

Baca Juga:  Kongregasi Misionaris Claris Tingkatkan Kompetensi Para (Calon) Anggota

Kini 132 tahun telah berlalu sejak awal hadirnya Gereja Katolik di Kalimantan. Di titik mula Gereja Kalimantan ini di Paroki St Fransiskus Asisi Singkawan menjadi salah satu tempat pelaksanaan Days in the Diocese (DID) yang merupakan bagian gelaran Asian Youth Day (AYD) 2017. Romo ALex Mardalis mengungkapkan, dengan latar belakang sejarah ini, ia, ia berharap, peserta AYD 2017 akan mengenal Gereja Katolik di Kalimanta. Selain di Singkawang, DID juga akan diadakan di Paroki St Yoseph Pemangkat.

Ketua Komisi Kepemudaan Keuskupan Agung Pontianak ini menambahkan, dalam perkembangan di Kalimantan, kekatolikan justru lebih berkembang dalam budaya Dayak. Romo Alex menambahkan, ada lima Paroki lain yang dijadikan DID, yaitu Paroki Salib Suci Ngabang, Paroki St Yohanes Pemandi Pahauman, Paroki St Theresia dari Kanak-kanak Yesus Bandol, Paroki St Yoseph Karangan, dan Paroki St Theresia Kubu.

Baca Juga:  Pementasan Teater dan Konser Mini “Bukan Pahlawan Biasa” SMA Karya Budi Putussibau

Lima Paroki ini sebagian besar umatnya dari Suku Dayak. Dengan tinggal di tengah mereka, peserta DID mengenak Gereja yang hidup dan berkembang dalam budaya. “Dengan keterlibatan mereka dalam DID, saya berharap, orang muda akan semakin bangga dengan imannya. Saya juga berharap, mereka akan semakin mampu terlibat dalam hidup bermasyarakat,” ujar Romo Alex

Yusti H. Wuarmanuk

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles