HIDUPKATOLIK.com – DALAM rangka syukur Pesta Emas Gereja Stasi St Maria Assumpta Glodogan, Bawen, Semarang, Paroki Girisonta Karangjati, Keuskupan Agung Semarang diselenggarakan sarasehan bertajuk “Indahnya Kebersamaan”, Sabtu, 29/7. Kebersamaan terjalin indah tak hanya di antara umat melainkan juga segenap warga masyarakat sekitar.
Indahnya kebersamaan ditandai dengan kehadiran dua figur tokoh lintas agama yang menjadi narasumber yakni Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan – Keuskupan Agung Semarang (HAK-KAS) Romo Aloys Budi Purnomo, dan Kiai Lili Sentet dari Kalirejo Ungaran Timur. Tampak hadir pula para tokoh masyarakat setempat mulai dari Lurah, aparat TNI dan Polri dan sesepuh masyarakat Glodogan. Tampak hadir pula Habib Mustofa Ali yang selama ini dikenal banyak bergerak dalam rangka kerukunan antarumat beragama bersama Romo Budi.
Gereja Inklusif
Sarasehan dalam rangka Pesta Emas Gereja Stasi Glodogan itu menggambarkan kehadiran Gereja yang inklusif. Dalam sarasehan yang sekaligus dipandu oleh Romo Budi, Kiai Sentet menerangkan makna kebersamaan yang indah karena cinta. Cinta tak memandang perbedaan. Cinta membuat siapa saja bisa saling menopang dalam keberagaman.
Romo Budi menghadiahi para hadirin dengan menyanyikan lagu “Maria Assumpta” ciptaannya sendiri. Lagu itu dinyanyikan sebab nama Gereja Stasi Glodogan adalah Maria Assumpta. Romo Budi juga meniup saksofonnya sesuai irama lagu. Saat lagu dilantunkan dan saksofon mengalun, dua penari sufi yakni Ilham dan Sodiq meliuk-meliuk berputar menghidangkan tarian cinta.
Sesudah itu, Kiai Sentet mempersembahkan doa secara Islami dilanjutkan penjelasan dari Romo Budi yang menerangkan bahwa kegiatan tersebut merupakan wujud nyata kerukunan beragama. Gereja berulang tahun, Kiai dengan penuh cinta mendoakannya.
“Umat Glodogan sudah menghayati ajaran Konsili Vatikan II yang mengajarkan bahwa Gereja Katolik tidak menolak apa pun yang baik, benar dan suci yang terdapat dalam agama-agama lain dan setiap kebudayaan. Itulah ajaran dalam Konstitusi Dogmatis Lumen Gentium 16 dan Deklarasi Nostra Aetate dua. Maka, malam ini panjenengan tidak sedang berteori melainkan sudah mempraktikkan ajaran tersebut!” Tegas Romo Budi disambut tepuk tangan meriah para hadirin.
“Yang seperti ini menjadi bentuk nyata hidup rukun dan indahnya kebersamaan ya Romo!” Kata Kiai Sentet yang lalu bertausiah tentang ABC. “A: Apakah yang sudah kulakukan untuk membangun dan menjaga kerukunan? B: Beranikah kita berbuat baik kepada sesama? C: Cintailah sesama tanpa pandang bulu agama, suku dan golongan.” Jelas Kiai Sentet tentang tausiah ABC itu.
Kegembiraan Keberagaman
Suasana sarasehan berlangsung dalam kegembiraan dalam keberagaman. Kiai Sentet melantunkan sebuah tembang dalam bahasa Arab. Romo Budi mengiringi. Ilham dan Sodiq menghadirkan tarian sufi.
Pada kesempatan itu juga hadir petinju Indonesia Chris John bersama Mega istrinya dan dua putrinya Veve dan Rosa. Chris John dihadirkan untuk memberikan kesaksian iman dan pengalaman hidup sebagai orang Katolik. Di penghujung sarasehan, Romo Budi mengundang Mega, istri Chris John untuk berkolaborasi menyanyikan lagu Amazing Grace.
Pada kesempatan ini, Ilham tak hanya menyajikan tarian sufi melainkan juga menampilkan atraksi tarian sufi. Para hadirin tampak terpukau dengan aksi atraktif Ilham yang begitu lincah dan indah menari dan mengembangkan jubah tarian sufinya. Sungguh-sungguh ekspresi nyata indahnya kebersamaan. Apalagi ketika acara ditutup dengan doa oleh Kiai Sentet dan berkat oleh Romo Budi.
(ANS)