HIDUPKATOLIK.COM – SEBUAH peristiwa bersejarah kembali terjadi di Gereja Kristus Raja Katedral Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tanggal 19 Maret 2025. Pada Rabu pagi yang cerah itu, pukul 09.00 WITA, Mgr. Hironimus Pakaenoni, secara resmi menerima Pallium dari Nuntius Apostolik untuk Indonesia, Mgr. Piero Pioppo. Pallium ini menjadi simbol persekutuan dengan Takhta Suci serta tanggung jawab pastoral yang dipercayakan kepadanya dalam menggembalakan umat di wilayah Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Kupang.
Perayaan Ekaristi ini dihadiri oleh uskup dari kedua keuskupan sufragan, yakni Keuskupan Atambua, Mgr. Dominikus Saku, dan Keuskupan Weetebula, Mgr. Edmund Woga, CSsR. Selain itu, tampak pula Sekretaris Nuntius Apostolik, Mgr. Michael; Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI), Mgr. Antonius Subianto Bunjamin, OSC; Uskup Maumere, Mgr. Ewaldus Martinus Sedu; Vikjen Keuskupan Manado; serta utusan dari Keuskupan Surabaya, Keuskupan Tanjung Selor dan Keuskupan Agung Palembang.
Unsur pemerintah juga tampak hadir seperti Sekretaris Daerah Provinsi NTT, Wali Kota dan Wakil Wali Kota Kupang, Bupati dan Wakil Bupati Kupang, serta unsur Forkompinda dari Provinsi NTT dan Kota Kupang. Perayaan yang dimeriahkan dengan paduan suara para frater Seminari Tinggi Claretian ini ditandai pula dengan kehadiran duaratusan imam, biarawan-biarawati, dan umat beriman yang memadati gereja katedral.
Inspirasi dari Santo Yoseph
Dalam homilinya, Mgr. Hironimus mengajak seluruh umat untuk belajar dari keteladanan Santo Yoseph, suami Maria, yang perayaannya bertepatan dengan hari penerimaan Pallium ini.
“Allah memilih Santo Yoseph menjadi suami Maria untuk memberikan perlindungan keibuan bagi Yesus. Dalam ketaatan kepada Allah, ia menamai Anak itu Yesus, yang berarti ‘Allah menyelamatkan’. Di sini, Santo Yoseph menampilkan diri sebagai pelayan bijaksana dan setia yang bertanggung jawab atas rumah tangga Allah, menjaganya seperti seorang ayah bagi Anak Tunggal Allah,” ungkap Uskup.
Uskup yang menerima tahbisan episkopal pada 9 Mei 2024 ini menggarisbawahi bagaimana Santo Yoseph tidak hanya menjadi pelindung bagi Maria dan Yesus, tetapi juga bagi Gereja.
“Seperti Santo Yoseph merawat Maria dengan penuh kasih, dan dengan senang hati mendedikasikan dirinya untuk membesarkan Yesus Kristus, demikianlah juga dia menjaga dan melindungi Tubuh Mistik Kristus yakni Gereja, dengan Maria sebagai teladan dan modelnya,” tambahnya.
Makna Pallium
Menyinggung makna Pallium yang ia terima, Uskup kelahiran Noemuti-TTU ini menjelaskan bahwa Pallium melambangkan kuk Yesus yang ringan namun menuntut kesetiaan. “Pallium pertama-tama mengingatkan kita pada kuk, pada beban ringan dari Yesus yang diletakkan di atas bahu kita. Kuk Yesus ini identik dengan persahabatan-Nya yang menuntun dan membentuk kita dalam kesetiaan, kebenaran dan kasih,” katanya.

Pallium yang terbuat dari bulu domba, diberkati dan diserahkan oleh Paus di Basilika Santo Petrus pada Pesta Santo Petrus dan Paulus, juga menjadi lambang keterikatan seorang Uskup Agung dengan Gereja yang dilayaninya.
“Pallium ini mengingatkan saya bahwa sebagai gembala, saya harus berjalan bersama kawanan domba, mengangkat mereka di atas bahu, dan membawa mereka kepada Kristus,” tambahnya.
Mgr. Hironimus juga mengingatkan, “Pallium ini secara konkret artinya persekutuan para gembala Gereja dengan Petrus dan para penerusnya. Karena itu, hanya dalam persatuan dan persekutuan dengan Dia yang diwakili oleh Petrus dan para penerusnya, kami para uskup dapat membawa banyak orang kepada Kristus, satu-satunya Gembala Agung.”
Sinergi
Dalam sambutannya pada perayaan iman ini, Wali Kota Kupang, Kristian Widodo menyampaikan selamat kepada Mgr. Hironimus atas penerimaan Pallium.
Ia menekankan pentingnya sinergi antara Gereja dan pemerintah dalam membangun Kota Kupang. “Kolaborasi antara Gereja dan pemerintah harus memiliki dampak nyata bagi masyarakat. Makna dari penerimaan Pallium hari ini sejalan dengan motto pemerintah Kota Kupang untuk lima tahu ke depan, yakni: Memerintah artinya Melayani. Karenanya kami berharap Gereja terus menjadi mitra strategis dalam membangun kota ini, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan, maupun kesejahteraan sosial,” ungkapnya.
Senada, Gubernur NTT, Emanuel Melkiades Laka Lena, dalam sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris Daerah NTT, juga menyampaikan apresiasi kepada Mgr. Hironimus atas tugas penggembalaannya sebagai Uskup Metropolitan Keuskupan Agung Kupang.
“Pallium ini bukan hanya untuk Keuskupan Agung Kupang, tetapi juga bagi seluruh umat Katolik di Provinsi Gerejani ini. Kami berharap agar Mgr. Hironimus menjadi gembala yang mempersatukan dan memperkokoh persaudaraan melalui dialog partisipatif yang menghidupkan dan memberdayakan dengan para pemuka agama dan para pemangku kepentingan lainnya. Pemerintah dan Gereja merupakan mitra strategis yang memiliki tujuan yang sama yakni mengusahakan kesejahteraan dan keselamatan masyarakat yang juga adalah umat,” ungkapnya.
Syukur dan Harapan
Dalam kata sambutannya di akhir parayaan suci ini, Mgr. Hironimus mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada berbagai pihak yang telah mendukungnya selama ini.
Ia mengucapkan terima kasih kepada Bapa Suci Paus Fransiskus yang diwakili oleh Nuntius Apostolik atas kepercayaan yang diberikan sebagai Uskup Agung Kupang.
Ia juga menyampaikan apresiasi kepada pendahulunya, Mgr. Petrus Turang, yang telah menggembalakan Keuskupan Agung Kupang selama 27 tahun. “Mari kita tetap mendoakan beliau agar dianugerahi kesehatan jasmani dan rohani,” ungkapnya.
Tidak lupa, ia juga mengajak kaum muda untuk mempertimbangkan panggilan mereka. “Gereja membutuhkan generasi muda yang siap melayani dan membawa lebih banyak jiwa kepada Kristus,” ajaknya.
Berbau Domba
Dengan mengutip apa yang ditulis oleh Paus Fransiskus dalam ‘Patris Corde’, Mgr. Antonius Subiyanto Bunyamin, OSC, dalam sambutannya mengajak untuk sejenak mengingat tujuh keutamaan dari Santo Yoseph dalam menggembalakan keluarga Nazaret dengan hati seorang bapa. Dua keutamaan itu di antaranya adalah ketaatan dan keberanian kreatif.
“Orang yang taat kepada Tuhan, hanya takut kepada Tuhan, maka ia akan berani secara kreatif, tidak pernah mengeluh pada keadaan, sekalipun ada tantangan,” pesannya.
Mgr. Antonius menambahkan, “Semoga dengan Pallium ini, kepercayaan diri sebagai Gembala di Provinsi Gerejawi Keuskupan Agung Kupang makin mantap, suaranya makin lantang, penggembalaannya makin luar biasa, gembala yang berbau domba. Kadang berada di tengah umat, datang, terjun, turun ke umat untuk mendorong umat bersama dengan para imam. Kadang berada di tengah untuk menemani perjalanan dalam kasih. Kadang berada di depan untuk menjadi teladan. Karena itulah, Pallium bukan hanya untuk dipakai, tetapi ini adalah tanda otoritas dalam penggembalaan seperti yang diharapkan dan dititipkan oleh Tuhan sendiri.”
Mgr. Piero Pioppo, dalam sambutannya yang disampaikan dalam bahasa Italia, menyatakan kegembiraan dan harapannya atas momen bersejarah ini. “Selama ini saya telah beberapa kali ke Kupang, termasuk untuk menghadiri acara 25 tahun episkopal Mgr. Petrus Turang dan juga untuk mentahbiskan 19 imam di Keuskupan ini. Kedatangan kali ini adalah untuk melihat, apakah usulan saya untuk memilih Pastor Hironimus menjadi uskup Agung Kupang adalah usulan yang baik. Karenanya saya berharap semoga Mgr. Hironimus bisa menjadi Uskup Agung Kupang yang baik, yang menggembalakan umat sesuai dengan teladan Kristus sendiri,” ungkapnya.
Perayaan Ekaristi penerimaan Pallium ini bukan hanya menjadi momen bersejarah bagi umat Keuskupan Agung Kupang, tetapi juga bagi seluruh umat Katolik di Nusa Tenggara Timur. Dengan semangat penggembalaan yang dihayati melalui simbol Pallium, Mgr. Hironimus Pakaenoni diharapkan siap melayani umat dengan kasih dan dedikasi, mengikuti jejak Santo Yoseph yang setia pada perutusan yang dipercayakan padanya.
Laporan Pastor Yan Kiri (Komsos Kupang)
Sumber: Majalah HIDUP, Edisi No.14, Edisi No.14, Minggu, 6 April 2025