web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Selamat Datang, Mgr Pioppo

5/5 - (1 vote)

HIDUPKATOLIK.com – Paus Fransikus telah mengangkat Mgr Piero Pioppo sebagai Nunsius Apostolik untuk Indonesia. Pesan kesatuan dalam keberagaman menjadi refleksi bersama Mgr Pioppo.

Dalam keheningan, Mgr Piero Pioppo berdoa di Kapel Nunsiatura Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta. Ia tidak sendirian. Saat itu, ia ditemani Kardinal Julius Riyadi Darmaatmadja SJ dan Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Ignatius Suharyo. Sambil berdoa, sesekali Mgr Pioppo memandang patung Yesus yang tergantung di atas altar.

Delapan menit ia berdoa. Lalu ia berdiri, menjabat dan mencium tangan Kardinal Darmaatmadja. Setelah itu, ia memberkati para Uskup dan umat yang hadir di kapel. “Terima kasih atas penerimaan ini. Saya memberkati Anda dan berharap Anda juga akan mendukung saya,” ungkapnya.

Berdoa di Kapel Nunsiatura Indonesia menjadi pengalaman pertama bagi Mgr Pioppo sejak ditunjuk Paus Fransiskus sebagai Duta Besar Vatikan untuk Indonesia pada 8 September lalu. Kehadiran mantan Nunsius Apostolik Kamerun dan Guinea Khatulistiwa ini sekaligus mengakhiri masa tugas Mgr Antonio Guido Filipazzi yang berpindah tugas setelah ditunjuk Takhta Suci sebagai Nunsius Apostolik untuk Nigeria.

Joyful Gospel
Ruang tengah Nunsiatura sudah ramai oleh para Uskup, imam, dan beberapa tamu undangan sejak pukul 15.00, Selasa, 14/11. Beberapa saat sebelumnya, sang tuan rumah baru, Mgr Pioppo baru saja tiba di Indonesia. Mgr Pioppo dijemput Mgr Suharyo, Sekretaris Jenderal KWI Mgr Antonius Subianto Bunjamin OSC, Uskup Jayapura Mgr Leo Laba Ladjar OFM, Uskup Agung Samarinda Mgr Yustinus Harjosusanto MSF, dan Sekretaris Eksekutif KWI Romo Siprianus Hormat di Bandara Soekarno Hatta. “Terima kasih, saya bahagia sekali berjumpa dengan Anda,” ungkap Mgr Pioppo sesaat setelah sampai di Nunsiatura.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Mantan pejabat Bank Vatikan (Instituto per le Opera/ IOR) ini merasa gembira saat mendapat sambutan hangat dari para Uskup. Satu per satu para Uskup mengucapkan selamat datang sembari memperkenalkan diri. Beberapa Uskup juga sempat terkaget-kaget karena Mgr Pioppo langsung menyebut nama sebelum berkenalan. Misal, saat memandang wajah Uskup Agung Palembang Mgr Aloysius Sudarso SCJ, Mgr Pioppo lansung menyebutkan namanya, “Archbishop of Palembang Mgr Aloysius Sudarso. I know your face (saya sudah mengenal wajah Anda),” ujar Mgr Pioppo sambil menjabat tangan Mgr Sudarso.

Beberapa Uskup mengungkapkan kesannya setelah berjumpa langsung dengan Mgr Pioppo. Umumnya, mereka terkesan atas keramahan Uskup bergelar Uskup Agung Tituler Torcello ini. Sejak menginjakkan kaki di Nunsiatura, Uskup kelahiran Italia, 29 September 1960 ini tak henti menebarkan senyuman ke setiap orang yang dijumpainya. Julukan sebagai “The Smiling Bishop”, ‘Uskup yang murah senyum’, semakin melekat padanya. Ia cepat akrab di tengah kebersamaan.

Mgr Anton mengatakan, Mgr Pioppo punya hati untuk Gereja Indonesia. Ia melihat, sejak mendarat di Indonesia, ia sangat simpatik. Dalam setiap pembicaraan, Nunsius selalu menekankan soal persaudaraan satu sama lain. Mgr Anton mencatat, ia bahkan sudah mampu menyebut nama beberapa Uskup. “Sebagian besar nama-nama Uskup di Indonesia sudah dihafal Mgr Pioppo. Ini artinya dia memiliki hati dan budi untuk melayani Gereja Indonesia,” ujar Mgr Anton.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Kehangatan ini juga terasa saat jamuan makan. Mgr Pioppo tak canggung dekat dengan para Uskup, bahkan dengan karyawan Kedutaan Vatikan yang hadir. Sesekali, ia bercerita dengan Kardinal Darmaatmadja. Ia juga membuat gurauan dengan para Uskup lain dalam bahasa Italia, yang sontak ditanggapi dengan tawa meriah.

Bahasa tubuh yang ramah dan roman muka penuh senyum rupanya memberi kesan yang berarti bagi para Uskup. Mgr Suharyo berkomentar ketika melihat Mgr Pioppo dengan senyuman dan gerak tubuhnya. Setiap gerak yang ditunjukkan Mgr Pioppo seperti menebarkan “Injil Kebahagiaan”. “It’s like spreading the Gospel of Joy among us (ini seperti mewartakan Injil kebahagiaan di antara kita),” demikian komentar Mgr Suharyo.

Suasana jamuan makan perdana bersama Mgr Pioppo terkesan santai. Ia berbagi pengalaman pribadi dengan beberapa Uskup. Mgr Pioppo ingin menjadi teman perjalanan yang baik bagi para Uskup.

Rumah Bersama
Pada Rabu, 15/11, Mgr Pioppo juga hadir di sela-sela Sidang Tahunan KWI. Ia menyerahkan Lettere Commendatizie kepada Ketua KWI. Lettere Commendatizie ini ditulis dalam bahasa Latin yang ditandatangani Sektretaris Negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin. Surat ini berisikan tujuan kehadiran Mgr Pioppo di Indonesia.

Dalam pertemuan dengan para Uskup, Mgr Pioppo terkesan dengan keramahan Gereja Indonesia. “Saya mengunjungi saudara-saudara saya dan Yang Mulia Kardinal. Itu hal yang luar biasa. Saya merasa diterima layaknya di rumah sendiri,” tuturnya.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Mgr Pioppo juga bercerita, ketika dirinya diangkat sebagai Nunsius Apostolik untuk Indonesia, ia mengirim surat pribadi kepada Paus Fransiskus. Surat itu tak lain sebagai ungkapan terima kasih karena Bapa Suci mempercayakan tugas ini. “Ketika bangun pagi dan membuka mata di Indonesia, saya merasa diterima dan disambut di negara yang besar ini dengan baik,” kisahnya.

Ia juga merasa tersanjung karena bisa datang, mengalami, dan melayani sebuah bangsa yang dikenal karena keberagamannya. Indonesia, lanjut Mgr Pioppo, adalah bangsa yang besar dengan penduduk yang beraneka ragam, tetapi tetap satu dalam kesatuan. “Ini juga merupakan gambaran Gereja Katolik. Para Uskup, imam, kaum religius, dan umat semua bersatu dalam Gereja Tuhan.”

Kepada para Uskup, Mgr Pioppo berpesan agar menjadikan Indonesia sebagai rumah bersama. Ia juga mengharapkan agar Gereja bisa saling bertukar pikiran dengan agama lain dan budaya demi tercapai bonum commune. “Agama harus berakar dalam budaya setempat, agar diterima oleh umat sebagai produk budaya. Saya di sini untuk melayani dan belajar. Semoga saya bisa memberikan sesuatu yang baik bagi Gereja di Indonesia,” ujarnya.

Ia juga mengajak para Uskup agar tak segan mengunjunginya di Nunsiatura. “Saya berharap kita bisa bercerita, bercanda, dan berbagi pengalaman. Nunsiatura dan hati saya selalu terbuka. Silakan datang!”

Yusti H. Wuarmanuk
Laporan: Marchella A. Vieba

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles