web page hit counter
Senin, 23 Desember 2024
spot_imgspot_img

Top 5 This Week

spot_img

Related Posts

Seminaris Dalam Menapaki Panggilan Menjadi Imam – bagian I

3.9/5 - (7 votes)

HIDUPKATOLIK – Seminaris Sergio Putra De Paulo Kou bersama (rekan-rekan kelompoknya) yang tinggal di Seminari Menengah Roh Kudus Tuka, Dalung, Bali, membagikan pengalaman dalam berproses menapaki panggilan hidupnya yang khusus dan penelitian terhadap para seminaris (semasa di kelas XI), sebagai langkah persiapannya menjadi Imam/Biarawan.

Dibagi ke dalam beberapa bagian (mengingat tulisan yang dikirim berupa makalah yang cukup panjang), pengalaman ini sungguh layak disimak dan diketahui untuk para OMK (Orang Muda Katolik) sebagai bahan untuk menimbang-nimbang dan menelisik apa yang menjadi panggilan Tuhan dalam hidupnya, sebelum hanyut dalam arus kegalauan tak bertepi. Selamat membaca dan berefleksi.


Latar Belakang

Setiap orang yang telah dibabtis menjadi katolik dituntut untuk melaksanakan tri tugas Kristus yakni menjadi nabi, raja, dan imam. Namun pertama–tama tugas sebagai seorang yang dipanggil adalah mewartakan Kabar Sukacita Kristus. Panggilan adalah murni karya Allah bukan hasil kerja keras maupun perjuangan seorang manusia.

Maka dalam menghayati panggilannya seseorang hendaknya tetap rendah hati dan bersyukur. Panggilan secara umum, dibedakan menjadi dua, yakni panggilan umum dan panggilan khusus. Panggilan umum artinya panggilan yang diterima setiap orang yang dibaptis secara Katolik untuk melaksanakan tri tugas Kristus.

Baca Juga:  Uskup Pangkalpinang, Mgr. Adrianus Sunarko, OFM: Membawa Salam Damai

Sedangkan panggilan khusus artinya panggilan yang dikurniakan kepada orang–orang tertentu untuk mengabdikan dirinya secara penuh untuk menjadi pelayan Tuhan dan pelayan sesama. Panggilan khusus dibedakan lagi menjadi dua yakni panggilan imamat dan panggilan hidup bakti. Panggilan imamat artinya panggilan untuk menjadi seorang imam, sedangkan panggilan hidup bakti artinya panggilan untuk menjadi seorang biarawan/wati.

Lembaga pendidikan seminari adalah lembaga pendidikan bagi para calon imam untuk mengembangkan panggilan dan mengasah skill (keterampilan). Seminari terdiri dari dua macam yakni seminari menegah dan seminari tinggi. Seminari menengah adalah lembaga pendidikan yang setara dengan SMP/SMA. Sedangkan seminari tinggi adalah lembaga pendidikan yang setara dengan Sekolah Tinggi/ Universitas.

Seminari Menengah Roh Kudus Tuka adalah salah satu contoh seminari menegah. Jadi di seminari, setiap orang yang dikurniakan karunia panggilan khusus, mengolah dan menanggapi panggilan Tuhan. Di Seminari, para seminaris dididik untuk menjadi seorang imam masa depan yang sesuai dengan tuntutan zaman.

Dewasa ini, kebanyakan seminaris di Seminari Tuka mulai mengalami yang namanya krisis panggilan. Seminaris banyak sekali mengalami goncangan-goncangan dalam perjalanan hidup panggilannya dan mudah sekali terpengaruh serta menyerah terhadap goncangan tersebut. Seminaris tidak mempunyai motivasi yang kuat serta tidak mempunyai rekan untuk membagikan permasalahan–permasalahan dalam hidup panggilannya. Kelompok mengamati, hal inilah yang menjadi faktor utama terjadinya krisis panggilan di Seminari Tuka.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Maka dari itu, kelompok ingin menyampaikan melalui makalah ini, bahwa pangilan imamat itu adalah murni karya Tuhan dan merupakan rahmat suci. Maka mereka yang terpanggil hendaknya menyadari bahwa mereka adalah orang–orang terpilih sehingga mereka hendaknya yakin dan teguh dalam panggilannya.

Beberapa rumusan masalah yang ingin digali lebih lanjut:

  • Apa itu panggilan ?
  • Apa itu imam dan panggilan imamat ?
  • Bagaimana proses menjadi imam ?
  • Bagaimana implementasi hidup panggilan di Seminari Tuka ?

Tujuan Penulisan

Para seminaris di Seminari Tuka dewasa ini banyak mengalami gejolak dalam menanggapi hidup panggilannya. Persentase jumlah seminaris yang melanjutkan pendidikannya ke Seminari Tinggi pun dari tahun ke tahun kian menurun.

Misalnya pada tahun 2016 jumlah seminaris yang masuk seminari tinggi berjumlah 8 orang dari 10 orang dan pada tahun 2017 jumlah seminaris yang masuk seminari tinggi berjumlah 9 orang dari 22 orang. Kelompok mengamati bahwa para seminaris tidak mempunyai sumber motivasi yang kuat dan tidak mempunyai rekan sharing panggilan, ini terlihat jelas pada seminaris sekarang yaitu banyak yang menjalin hubungan pacaran dengan teman wanita di luar.

Baca Juga:  Ketua Yayasan Brayat Minulya Sr. M. Carola Sugiyanti, OSF: 75 Tahun RS Brayat Minulya Surakarta: Dalam Pelukan Keluarga Kudus

Maka dari itu, penulis bertujuan untuk menyampaikan bahwa panggilan bukanlah hal sepele yang bisa dipermainkan, melainkan panggilan adalah wujud kehendak Allah bagi manusia untuk melaksanakan karya keselamatan-Nya, selain hendak menunjukan bahwa panggilan imamat adalah karunia khusus yang diberikan kepada orang–orang pilihan, sehingga hendaknya ditanggapi dengan sungguh–sungguh.

Metode Penulisan

Dalam proses penulisan dan penyusunannya, penulis menggunakan beberapa metode di antaranya metode kepustakaan, metode observasi, dan metode wawancara. Dalam metode kepustakaan kelompok mengambil sumber dari buku – buku, artikel–artikel di majalah, serta data di internet.

Dalam metode observasi kelompok mengamati perkembangan hidup panggilan para seminaris di Seminari Tuka. Dan dalam metode wawancara, kelompok mewawancarai beberapa seminaris mengenai permasalahan–permasalahannya dalam menapaki hidup panggilannya.

Pada bagian kedua nanti, pembaca diajak untuk mengetahui terminologi “panggilan” dan macamnya serta mengenai panggilan hidup dalam kaitannya dengan judul yang diangkat disini. Bagaimana kisah selanjutnya, nantikan bagian kedua pada esok hari, hanya di hidupkatolik.com. 

Bersambung..

(ab)

1 KOMENTAR

  1. Comment:saya mempunyai satu anak perempuan yg semasa di sma sekolah di yayasan katolik .krn yayasan tsb dekat dng mertoyudan pihak sekolah kadang membuat acara bareng anak merto .anak saya sempat pendekatan dng salah satu ,ttp untung anak saya terbuka dng orang tua , sehingga dari awal saya sdh memberi nasehat untuk menganggapnya sebagai teman diskusi saja
    .si anak merto masih tetap melanjutkan di merto dan anak saya jg telah kuliah di kota lain .saya kita sebagai orang tua mempunyai teman itu penting ,dan masing 2dari mereka diberi pengertian untuk setia dng panggilannya .

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Popular Articles