HIDUPKATOLIK.com – SIANG ini tampak banyak karangan bunga menghiasi pinggiran jalan dalam kompleks Rumah Duka St Carolus Jakarta. Jajaran karangan bunga itu adalah ucapan belasungkawa para kolega Uskup Keuskupan Agung Jakarta Mgr Ignatius Suharyo atas meninggalnya Yohanes Subagyo, adik Mgr Suharyo pada Kamis, 8/12, yang lalu. Di dalam Rumah Duka, untuk menyemayamkan jenazah Yohanes Subagyo sejak Kamis, 8/12, sampai Jumat siang, 9/12, pihak keluarga menggunakan tiga ruangan yaitu Ruang Bernadette, Kristoforus dan Rafael. Tampak di dalam ruangan itu beberapa pelayat dan keluarga Yohanes Subagyo yang menemani para pelayat. Dua kakak dan adik Yohanes Subagyo yaitu Mgr Suharyo dan Sr Christina Sri Murni FMM tampak ikut menemui para pelayat yang hadir.
Ketika ditemui HIDUPKATOLIK.com, istri Yohanes Subagyo, Elisabeth Indarini mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para pelayat yang telah berkenan hadir mendoakan jenazah suaminya. Ketika ditanya tentang pesan terakhir Yohanes Subagyo, Indarini mengungkapkan bahwa saat detik-detik terakhir meninggalnya, Yohanes Subagyo sama sekali tidak meninggalkan pesan. Namun jika mengingat kembali pesan terakhir yang disampaikan Yohanes Subagyo, Indarini teringat pesan enam bulan lalu saat Yohanes Subagyo bertemu dengan Mgr Suharyo. “Ia pesan kepada Mgr Suharyo, bahwa ia sungguh ingin pulang ke Sedayu. Dan sebelum dirawat di rumah sakit, ia ingin sekali dirawat di Rumah Sakit Carolus,†ujarnya.
Yohanes Subagyo dirawat di RS Carolus sejak Senin, 5/12. Pada Kamis pagi, 8/12, ia sempat menerima Sakramen Minyak Suci dari tangan Mgr Suharyo sekitar pukul setengah delapan pagi. “Menurut dokter yang berjaga, seusai mendapat minyak suci, tidak lama kemudian alat pendeteksi jantung suami saya sudah dalam keadaan garis lurus yang menandakan bahwa ia sudah meninggal. Padahal, hari Rabunya, dokter sudah bilang bahwa suami saya bisa keluar dari ICU untuk pindah ke kamar perawatan biasa. Karena sudah bisa pindah kamar itu, saya pulang ke rumah sebentar. Pas meninggal itu, saya tidak di sampingnya, hanya anak saya yang bungsu. Namun dengan anak saya yang bungsu, suami saya juga tidak pesan apa-apa,†ungkap Indarini.
Selain Mgr Suharyo, adik Yohanes Subagyo yang bernama Sr Christina Sri Murni FMM juga turut menemui para pelayat yang hadir. Ketika ditanyai kenangan hidup bersama kakaknya tersebut, Sr Christina yang terpaut tiga tahun umurnya dengan Subagyo ini menyebutkan bahwa ada dua kenangan yang masih ia ingat dengan cepat sampai saat ini. Kenangan pertama, ketika ia selalu mendapatkan oleh-oleh es mambo jika Subagyo pulang dari kota Yogyakarta ke Sedayu. Dan yang kedua, ia terkesan ketika selalu diantar jemput sewaktu tinggal di Asrama Colombo Yogyakarta yang dikelola para suster-suster Carolus Borromeus (CB).
“Waktu itu saya masih sekolah di SMA Stella Duce Yogyakarta. Saya tinggal di asrama dan Mas Bagyo kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM). Letak asrama saya dengan kos Mas Bagyo tidak jauh. Dia selalu setia menemani saya. Kalau pulang dia menjemput, dan jika ada kebutuhan ia mau mengantar. Mas Bagyo itu baik dan perhatian, dengan saudara termasuk dengan istri dan anak-anaknya. Semasa kecil, dia juga sayang dengan adik-adiknya,†kata Sr Christina.
Malam ini, untuk menghormati jenazah Yohanes Subagyo, tepat pukul 19.00 WIB diadakan Misa Requiem kedua di Rumah Duka St Carolus Jakarta. Sehabis Misa Requiem rencananya jenazah akan dibawa ke Sedayu, Yogyakarta untuk dimakamkan di Pemakaman Keluarga Besar Mgr Suharyo pada Sabtu, 10/12.
A. Nendro Saputro